BI – Herd immunity adalah ketika sebagian besar populasi kebal terhadap patogen, sehingga penularan tidak terjadi secara luas. Contohnya, untuk membatasi penyebaran campak, para ahli memperkirakan bahwa 93% hingga 95% dari populasi harus kebal.
Tetapi, herd immunity dalam kaitannya dengan virus corona jauh dari kenyataan, terutama tanpa vaksin.
Direktur Eksekutif Program Darurat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Dr Mike Ryan mengeluarkan pernyataan tegas terkait kekebalan kawanan atau herd immunity yang diyakini menjadi harapan dapat menghambat virus corona.
“Jadi saya pikir kita harus benar-benar berhati-hati ketika menggunakan istilah herd immunity pada manusia, karena itu dapat menyebabkan aritmatika yang brutal, tidak menempatkan orang dan kehidupan dan penderitaan di pusat persamaan itu,” katanya.
Ryan menjelaskan, herd imunity hanya berlaku untuk manusia ketika para ilmuwan perlu menghitung berapa banyak individu yang harus divaksinasi agar masyarakat mencapai kekebalan kawanan yang tepat. Asumsi bahwa sebagian besar populasi global telah terinfeksi dan telah melalui bentuk ringan Covid-19 telah terbukti salah oleh studi epidemiologi awal.
“Proporsi penyakit klinis yang parah sebenarnya adalah proporsi yang lebih tinggi dari semua yang telah terinfeksi,” tuturnya.
Sementara itu, para profesional dan pejabat kesehatan terus memperingatkan, tidak ada jalan keluar yang mudah dari pandemi virus corona. Herd immunity tetap berada di luar jangkauan, bahkan di tempat-tempat yang paling parah dilanda pandemi.
Ada dua cara utama untuk mencapai tingkat kekebalan yang tinggi dalam suatu populasi. Cukup banyak orang yang telah terinfeksi dan sistem kekebalan mereka telah mengembangkan antibodi untuk terlindung terhadap infeksi di masa depan atau jangka pendek, atau sampai ada vaksin. Tanpa adanya social distancing atau physical distancing, negara-negara perlu mempersiapkan diri terhadap lonjakan kasus baru secara berkala dan tak terduga sampai vaksin tersedia secara luas.(okzn/hel)