Sisi Lain Kehidupan Dahlan Iskan yang Jarang Diungkap
Dahlan Iskan bercerita: PKI membantai Kiai dan Santri pesantren milik keluarganya di Magetan
Surabaya, BI – Sosok Dahlan Iskan terkenal sebagai penulis dan jurnalisem media Jawa Pos sebelum dikenal sebagai tokoh nasional Indonesia.
Kali ini Berita Indonesia akan menceritakan sisi lain kehidupan seorang Dahlan Iskan yang jarang diketahui orang, yang mana dia adalah seorang generasi penerus sebuah pondok pesantren keluarga yang menjadi saksi bisu pembanataian PKI (Partai Komunis Indonesia) di tahun 1948.
Diceritakan oleh Dahlan Iskan kepada AA Gym di media online milik pondok pesantren Darut Taukhid, bahwa Dahlan Iskan mantan direktur Perusahaan Listrik Negara bercerita tentang perjalanan hidupnya yang berasal dari keluaraga pesantren di Magetan, Jawa Timur.
Dalam perbincanganya tersebut Dahlan Iskan mengungkapkan fakta yang jarang diketahui publik terkait cita-cita keluarganya yang menginginkan dia menjadi seorang Kiai di pesantren yang sudah di bangun kakek buyutnya.
Seiring dengan waktu, Dahlan pun mengikuti banyak diskusi dan kegiatan yang berbau Islam hingga timbul pemikiran tentang kemajuan generasi Islam yang selalu dikalahkan dengan komunitas non islam.
Dahlan terus bergerak maju, hingga menemuka media yang bisa dia jadikan tempat untuk menuangkan segala yang ada dibenaknya.
“Saya all out di media, sampai-sampai ada yang bilang saya ini yahudi, itu karena saking all out nya saya di bidang itu.” tutur Dahlan Iskan.
Dari media tersebut Dahlan Iskan hadir menjadi tokoh nasional yang diperhitungkan oleh negara hingga menjadi menteri di kabinet jaman pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono.
Usia Dahlan Iskan sudah memasuki angka 70 tahun, saat ini keinginannya hanya satu, membenahi pesantren yang pernah memberikan ilmu padanya sekaligus peninggalan leluhur.
Berkat tangan dingin Dahlan Iskan, pesantren yang tereletak di desa tersebut diatas sudah menjadi pesatren standar internasional dan selama masih punya hidup dia mengaku akan terus mengembangkan pesantren yang pernah di amanahkan pada dia waktu kecil.
Dahlah Iskan juga sempat bercerita jika para pendahulunya, Kiai pertama dan kedua pesantrennya dulu meninggal tragis ditangan orang-orang komunis yang tergabung dengan Partai Komunis Indonesia atau PKI.
Peristiwa pembantaian tersebut terjadi pada tahun 1949 jadicDahlan belum lahir. Menurut cerita keluarganya seluruh guru dan Kiai yang mengajar di pesantren tersebut diserang dan dimasukan kedalam sumur hidup-hidup hingga habis.
“Seandainya keluarga saya tidak di tolong oleh Prabu Siliwangi mungkin sudah habis.” ujar Dahlan Iskan.
Diceritakan Dahlan, saat itu Siliwangi sedang melakukan perjalan dari Jawa Barat ke Magetan, dan membantu menumpas PKI hingga selesai dan habis. Sementara di pesantren hanya tersisa anak kecil-kecil yang belum bisa menjadi kiai atau guru di pesantren.
Seiring dengan waktu, Dahlan pun tumbuh lebih besar diantara keturunan hingga diharapkan untuk menjadi kiai dan membangun kembali pesantren yang sudah ada, namun Dahlan menolak karena kondisinya dia terlahir dari keturunan perempuan.
“mungkin ini salah, tapi begitulah tradisi dalam keluarga kami waktu itu, yang jadi penerus harus keturunan dari anak laki-laki.” cerita Dahlan.
Dalam hal lain, Dahlan memilih membantu saudaranya yang berasal dari keturunan laki-laki untuk menyiapkan diri menjadi pemimpin pondok pesantren keluarga, dari segi pendidikan dan apapun hingga saudaranya tersebut siap untuk memegang tongkat pertanggung jawaban terhadap kelangsungan hidup pesantren keluarganya. (bi)
Profil Dahlan Iskan
Prof. Dr. Dahlan Iskan, adalah mantan CEO surat kabar Jawa Pos dan Jawa Pos Group yang bermarkas di Surabaya. Posisinya tersebut kemudian digantikan oleh putranya, Azrul Ananda.
Lahir: 17 Agustus 1951 di Kabupaten Magetan
Buku: Tidak ada yang tidak bisa: Karmaka Surjaudaja, LAINNYA
Anak: Azrul Ananda, Isna Fitriana
Pendidikan: Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya
Organisasi yang didirikan: Jawa Pos Group