Hong Kong

Hong Kong Memasuki Musim Panas dan Akan Smeakin Panas

Musim dan cuaca semakin tak menentu, siapakan diri agar tetap sehat

Hong Kong, BI  –  Observatorium Hong Kong dan Organisasi Meteorologi Dunia mengingatkan akan cuaca panas pada tahun 2019 yang mungkin akan terulang ditahun 2020 ini.

Tahun 2019 merupakan rekor akan adanya gelombang panas di belahan bumi utara, sementara Australia mengalami musibah kebakaran hutan terburuk dalam beberapa dekade yang menewaskan sedikitnya 28 orang dan menghancurkan lebih dari 2.000 rumah di negara bagian New South Wales, bahkan diperkirakan jutaan hewan juga ikut musnah bersama bencana kebakaran tersebut.

Perubahan iklim menjadi sebab adanya kebakaran Australia dan bencana alam seperti topan yang menghantam Hong Kong setiap tahun. Topan Mangkhut pada tahun 2018 adalah badai paling kuat dalam sejarah kota. Zoe Low melihat bagaimana krisis iklim akan berdampak pada Hong Kong dan apa yang dapat dilakukan oleh pemerintah dan individu-individu terhadapnya.

 

Mengapa Hong Kong semakin panas?

Suhu permukaan rata-rata bumi telah meningkat sekitar 0,9 derajat Celcius sejak akhir abad ke-19, didorong oleh emisi gas rumah kaca – termasuk karbon dioksida, dinitrogen oksida, dan ozon dari pembakaran bahan bakar fosil – yang memerangkap panas di atmosfer.

“Sangat mungkin” tren pemanasan disebabkan oleh emisi dari aktivitas manusia, menurut laporan tahun 2015 oleh Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC), badan PBB yang menilai ilmu yang berkaitan dengan perubahan iklim.

Sham Fu-cheung, chief eksperimental officer di Hong Kong Observatory, mengatakan: “Ada tren kenaikan suhu Hong Kong yang jelas karena dampak perubahan iklim.” Lebih sedikit udara dingin di sepanjang pantai selatan Cina dan angin musim timur laut yang lemah juga menyebabkan suhu permukaan laut yang lebih hangat, yang pada gilirannya berkontribusi terhadap cuaca hangat.

Tahun lalu, suhu rata-rata Hong Kong adalah 1,2 derajat Celcius lebih tinggi dari suhu rata-rata “normal” 23,3 derajat Celcius berdasarkan patokan 30 tahun dari 1981 hingga 2010, demikian  jelas  Observatorium Hong Kong. (bi/scmp)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Terkait

Back to top button

AdBlock Terdeteksi!

Silahkan matikan / whitelist website ini jika anda menggunakan AdBlock Extension. Iklan dari website ini sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan bisnis kami. Terima Kasih. - Please turn off / whitelist this website if you're using AdBlock Extension. Advertising from this website is vital for the sustainability of our business. Thank You.