Daerah

Sumedang Longsor, Tim SAR Temukan Banyak Korban Meninggal

Sumedang, BI – Tim Pencarian dan Penyelamatan (SAR) gabungan menemukan lima orang lagi dalam pencarian korban di lokasi longsor Desa Cihanjuang, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Mereka ditemukan telah meninggal dunia.

Kepala Kantor SAR Bandung Deden Ridwansyah mengatakan, dengan ditemukannya lima korban yang meninggal dunia itu, hingga kini total ada 21 orang korban meninggal akibat longsor di Kecamatan Cimanggung tersebut.

”Saat ini korban sedang diidentifikasi di Puskesmas Sawah Dadap,” kata Deden seperti dilansir dari Antara.

Dengan demikian, menurut dia, masih ada 19 orang yang dinyatakan masih hilang dalam longsor tersebut. Jumlah orang yang dicari itu berubah-ubah sesuai aduan dari masyarakat ke posko SAR gabungan.

Sejak Rabu (13/1) pukul 09.00 WIB, Tim SAR telah menemukan korban berjenis kelamin laki-laki bernama Ahmad Yani, 32, dalam keadaan meninggal dunia. Kemudian, pada pukul 14.55 WIB, Tim SAR menemukan kembali korban meninggal berjenis kelamin laki-laki yang masih diidentifikasi identitasnya.

Tak berselang lama pada pukul 15.15 WIB, korban berjenis kelamin perempuan ditemukan dan dievakuasi Tim SAR. Pada waktu yang bersamaan sekitar pukul 16.16 WIB, Tim SAR menemukan dua korban tambahan. Dua korban itu berjenis kelamin laki-laki dan perempuan dalam keadaan meninggal dunia.

Apabila cuaca mendukung, menurut Deden, pencarian bakal dilanjutkan guna mempercepat proses evakuasi. Meski cuaca mendung, dia berharap hujan tidak turun. Sebab, hujan dapat meningkatkan potensi longsor susulan.

”Pencarian tetap kami lanjutkan, kita berpacu dengan waktu. Memang dari tadi sudah mendung, tapi mendung bukan berarti mau hujan. Mudah-mudahan cuaca mendukung kami semua, dan semua korban bisa ditemukan,” tutur Deden.

Sementara itu, Kantor Stasiun Geofisika Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Bandung memasang sistem peringatan dini di lokasi longsor guna mengantisipasi longsor susulan. Kepala Stasiun Geofisika BMKG Bandung Teguh Rahayu mengatakan, sistem peringatan dini itu memadukan antara seismograf yang mendeteksi gerakan tanah dengan alat pengukur tingkat intensitas hujan.

”Jika curah hujan sangat tinggi melebihi ambang batas (ekstrem), BMKG Bandung akan memberikan informasi ke pihak Basarnas atau pun BPBD Sumedang untuk waspada dan siaga,” kata Teguh Rahayu.

”Begitu juga ketika ada getaran yang terus menerus dan signifikan, BMKG akan memberikan peringatan (warning) terkait hal tersebut ke pihak berwenang di lokasi kejadian,” tambah dia. [jawapos]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Terkait

Back to top button

AdBlock Terdeteksi!

Silahkan matikan / whitelist website ini jika anda menggunakan AdBlock Extension. Iklan dari website ini sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan bisnis kami. Terima Kasih. - Please turn off / whitelist this website if you're using AdBlock Extension. Advertising from this website is vital for the sustainability of our business. Thank You.