Dua Rumah Ambruk, Gedung Madrasah Roboh
Madura, BI – Atnawiyah dan Raesan, dua warga Desa Dapenda, Kecamatan Batang-Batang, Sumenep, itu harus mengungsi. Pasalnya, tempat tinggal mereka ambruk akibat cuaca buruk.
Camat Batang-Batang Joko Suwarno menyampaikan, pihaknya telah mendatangi lokasi bencana alam itu. Termasuk, berkoordinasi dengan organisasi perangkat daerah (OPD) terkait penanganan pertama.
Curah hujan dengan intensitas tinggi mengguyur Desa Dapenda sejak Selasa (23/2) pukul 23.00. Hujan tak kunjung reda hingga kemarin pagi (24/2). Akibatnya, 47 rumah warga tergenang air dengan ketinggian selutut orang dewasa.
Hujan deras juga mengakibatkan dua rumah warga ambruk. Tidak ada korban jiwa pada kejadian ini karena penghuni rumah sempat menyelamatkan diri. Kerugian materi diperkirakan mencapai puluhan juta rupiah. Menurut warga, peristiwa ini paling parah dari kejadian sebelumnya,” jelas Joko.
Kepala Pelaksana BPBD Sumenep Abd. Rahman Riadi menyampaikan, air sudah mulai surut. Pertolongan pertama dilakukan dengan memberikan bantuan sembako kepada puluhan warga terdampak.
Menurutnya, banjir ini terjadi karena lokasi Desa Dapenda berada di dataran rendah. Area cekungan yang ada tidak bisa menampung.
Dua rumah yang roboh itu diakibatkan karena faktor usia. Pihaknya telah meminta korban difasilitasi untuk mengajukan bantuan stimulan. ”Ada yang rusak parah, ada yang rusak sedang,” jelas Rahman.
Sementara itu, satu ruang kelas Madrasah Diniyah Takmiliyah (MDT) Al Furqon di Desa Panaongan, Kecamatan Pasongsongan, roboh pukul 04.30 kemarin. Gedung madrasah itu rusak setelah bagian fondasi tergerus air.
Kepala MDT Al Furqon Akhmat Haerudin mengatakan, sejak Selasa (23/2) pukul 19.00 hujan mengguyur hingga kemarin pagi. Menurut dia, pada pukul 04.00 pihaknya mengecek lingkungan di sekitar sekolah. ”Saat saya mengecek masih belum roboh,” katanya.
Setengah jam kemudian, Haerudin mendengar suara seperti bangunan roboh. Kemudian, dirinya bergegas untuk mengecek kembali. Ternyata, bangunan ruang kelas yang berdempetan dengan muara sungai ambruk. ”Tergerus air sungai, fondasinya ambles, dan bangunannya ambruk,” paparnya.
Pihaknya berharap bangunan tersebut dapat segera memperoleh bantuan dari pemerintah daerah. Jumlah santri yang sekolah lebih kurang empat puluh orang.
Ketua DPRD Sumenep Abdul Hamid Ali Munir datang ke lokasi untuk mengecek kondisi di lapangan. Dia berjanji akan mengomunikasikan ke pemerintah daerah.
Terpisah, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Kalianget Usman Khalid menyampaikan, potensi bencana akibat cuaca ekstrem di Sumenep masih bisa terjadi. Bencana hidrometeorologi atau bencana yang diakibatkan faktor cuaca saat musim hujan. Seperti banjir, banjir bandang, tanah longsor, angin puting beliung, gelombang laut tinggi, dan lainnya.
Pihaknya telah mengeluarkan peringatan dini. Dalam lima hari ke depan, kondisi cuaca dan ketinggian gelombang laut di Sumenep cukup mengkhawatirkan. Karena itu, kegiatan transportasi laut, wisata pantai, dan aktivitas nelayan harus lebih waspada. Bahkan, sebaiknya dihentikan sementara demi keselamatan bersama.
”Akhir bulan ini memang memasuki puncak musim hujan yang berpotensi bencana hidrometeorologi,” jelasnya. (jawapos/radar madura)