3 Gejala Khas Diabetes
Jakarta, BI – Pada saat mengalami diabetes tipe-2, kita perlu lebih sering memeriksa dan menyadari kondisi tubuh kita. Walau begitu, sebelum memeriksakan gula darah, sebaiknya kenali gejala khas mereka terlebih dahulu.
Dr. dr. Wismandari Wisnu, Sp.PD, KEM dari Divisi Endokrin Metabolik dan Diabetes, Departemen/KSM Penyakit Dalam FKUI/RSCM, menyatakan bahwa diabetes tipe-2 memiliki tiga gejala khas. Ketiga gejala khas ini yakni turunnya berat badan tanpa penyebab yang jelas, terus buang air kecil (polidipsia) dan sering merasa haus (poliura).
“Gejalanya paling mudah yakni berat badan turun tanpa penyebab yang jelas, kencing terus dan haus terus. Kalau ada gejala seperti itu khas banget, udah mau usianya masih 12, 17 tahun periksa,” ujarnya beberapa waktu lalu dilansir dari Antara.
Tiga gejala ini juga perlu diwaspadai oleh mereka dengan berat badan berlebih atau bahkan obesitas berapa pun usianya. Selain tiga gejala itu, diabetes juga ditandai dengan badan terasa cepat lelah, kesemutan, gatal, pandangan kabur, gangguan ereksi pada laki-laki, serta gatal-gatal di kemaluan pada perempuan.
Kemudian, bagi Anda yang tidak merasakan gejala apa pun namun sudah memasuki usia 40-45 tahun maka sebaiknya segera periksa gula darah untuk memastikan kondisi gula darah normal.
“Kalau secara klasik tidak ada apa-apa, misalnya di usia 40-45 tahun itu cek ada atau tidak ada gejala. Tetapi kalau ada gejala berapa pun usianya itu periksa,” tutur Wismandari.
Pada mereka yang sudah terlanjur terdiagnosis diabetes maka usahakan kondisinya terkontrol dengan baik misalnya dengan hasil pemeriksaan HbA1C (hemoglobin A1c) di atas angka 6,5. Dia bisa kembali melakukan kontrol ke dokter setiap 3-4 bulan.
Tetapi pada pasien yang gulanya masih baru terdiagnosis misalnya 200 miligram per desiliter (mg/dL) atau lebih dari itu, maka biasanya diminta kontrol kembali ke dokter pada bulan berikutnya.
“Kalau perlu bila ada gejala dua minggu kemudian suruh datang. Jadi, seberapa sering kontrol tergantung seberapa berat kondisi pasien, seberapa banyak yang dikeluhkan pasien. Semakin banyak, berat, maka semakin sering kontrolnya,” kata Wismandari. [ID-BERITA]