Daerah

Fenomena Alam La Nina Muncul di Jogja

Sleman, BI – Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mulai memasuki awal musim penghujan secara keseluruhan di dasarian ketiga bulan Oktober ini.

Pernyataan itu berdasarkan penjelasan dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Kepala Stasiun Klimatologi BMKG DIY, Reni Kraningtyas mengatakan, untuk itu masyarakat diminta mewaspadai adanya potensi cuaca ektrem.

Alasannya adalah pada musim hujan periode 2021 – 2022 ini telah muncul La Nina.
Fenomena ini terdeteksi dengan adanya anomali suhu muka air laut di wilayah Pasifik tengah dan timur yang sudah melebihi ambang batas.

“La Nina ini terdeteksi pada akhir Oktober ini, dan diperkirakan hingga Januari, Februari masih ada.

“Fenomena ini berdampak pada peningkatan intensitas curah hujan,” kata Reni di kantornya, Jumat (29/10).

Menurut dia, pada musim hujan periode ini, La Nina yang muncul diprediksi lemah.
Anomali suhu muka air laut di Pasifik tengah dan timur saat ini terpantau di angka -0,83.
Namun beberapa bulan kedepan, bisa berpotensi juga menjadi la Nina moderat (sedang) di angka -1.
Adanya fenomena La Nina ini mengakibatkan peningkatan intensitas curah hujan hingga lebih dari 60 persen dari curah hujan normal di Bulan Oktober dan November.

Intensitas hujan di bulan Oktober normalnya 150 milimeter per bulan.
Adanya La Nina bisa meningkat hingga lebih dari 200 milimeter per bulan.
Kemudian, intensitas hujan normal di bulan November yaitu 150 – 300 milimeter.
Nantinya, bisa terjadi penambahan intensitas hujan mencapai 90 persen, sehingga akan terasa sangat signifikan.
“Hujan menjadi lebih sering dan banyak,” kata dia.

Memasuki bulan Januari dan Februari penambahan intensitas curah hujan lebih fluktuatif.
Berkisar antara 20 – 60 persen dari normal.

Jika normalnya 180 milimeter per bulan maka bisa bertambah menjadi 240 milimeter per bulan.
Menurut Reni, meskipun pada Januari dan Februari penambahan intensitas hujan berkurang dibanding November namun di bulan tersebut ada Monsun Asia yang ditandai bertiupnya angin barat yang lewat di benua Asia dan membawa banyak uap air.

Fenomena ini berpotensi menimbulkan pembentukan angin dan awan sehingga bisa lebih sering hujan.

Karenanya, di awal musim penghujan hingga nanti memasuki puncak musim hujan di Januari, pihaknya meminta masyarakat waspada terhadap potensi bencana hidrometeorologi yang biasanya diawali curah hujan tinggi, cuaca ekstrem dan angin kencang.

“Potensi cuaca ekstrem harus diwaspadai di wilayah DIY Secara keseluruhan,” kata Reni.

Satu di antara upaya yang perlu dilakukan oleh masyarakat menghadapi musim penghujan adalah memantau lingkungan di sekitar tempat tinggal. Memantau drainase dan membersihkannya.Pohon yang rindang dipangkas.

Jika ada pohon rapuh sebaiknya ditebang agar ketika ada angin kencang tidak roboh dan membahayakan keselamatan jiwa. ( Tribunjogja.com )

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Terkait

Back to top button

AdBlock Terdeteksi!

Silahkan matikan / whitelist website ini jika anda menggunakan AdBlock Extension. Iklan dari website ini sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan bisnis kami. Terima Kasih. - Please turn off / whitelist this website if you're using AdBlock Extension. Advertising from this website is vital for the sustainability of our business. Thank You.