Neni, Pejuang Devisa dan Toga di Hong Kong
Tak ada keberhasiln tanpa perjuangan, begitu juga dengan rasa lelah yang harus tetap kita semangati agar tak timbulkan rasa putus asa hingga menyerah, sebab setiap tujuan pasti ada pengorbanan.
Kali ini Berita Indonesia mengangkat kisah Neni Suryani, umur 30 th, janda dengan anak satu yang saat ini dalam asuhan nenek dan kakeknya [orangtua Neni] yang tinggal di Majalengka,Jawa barat.
Neni merupakan Pekerja Migran Indonesia [PMI] Hongkong kurang lebih sudah 8 tahun, dari tahun 2014 hingga 2022, dirumah majikan Neni kerja menjaga anak.Bersama keluarga majikannya Neni juga sering diajak jalan – jalan ke Macau, China, Singapore, Jepang dan lain sebagainya.
Selain sibuk bekerja Neni juga mengikuti kuliah di Universitas Terbuka Hongkong jurusan ilmu komunikasi.
Lantas kenapa Neni kuliah? ..
Neni kuliah karena ingin menambah wawasan mencari ilmu yang bermanfaat untuk merubah nasib dalam menghadapi masa depan yang semakin rumit.
“hanya orang pilihan yang bisa kerja sambil kuliah, pulang ke Indonesia sukses saja sudah biasa tapi kalau pulang sukses dan membawa gelar sarjana itu luar biasa.” kata Neni.
Bisa kuliah memang keinginan Neni sejak di tanah air, maka dari itu dia terus menyemangati dirinya sendiri supaya tetap optimis dan penuh semangat.
“saya bangga bisa kuliah sambil kerja, karena memang tidak gampang membagi waktu antara kerjaan dan jam istirahat, selain harus pintar – pintar memanfaatkan waktu untuk mengerjakan tugas tugas kuliah karena di kejar deadline tugas kuliah online.” kisahnya.
Neni juga banyak bersyukur karena majikannya baik dan mengijinkan dia untuk ikut kegiatan kuliah asal tidak menggagu jam kerjaan.
Bagaiaman Neni Mengatur Keuangannya ..
Kuliah berarti akan ada pengeluaran lebih dari bisanya, lantas bagaimana cara Neni mengatur keuangannya? ..
“harus pintar mengelola keuangan karna harus bayar kuliah juga, selain itu kita tidak selamanya di luar negeri jadi tabungan juga harus tetap ada buat masa depan supaya berangkat jadi migran pulang jadi juragan.” jelas Neni.
Neni juga bercerita berkah dari pandemi yang dia tidak perlu libur dan keluar uang banyak, jadi gaji utuh ditambah uang lembur.
“ada berkah di balik pandemi, allhamdulillah saya bisa bangun rumah.” syukurnya.
Aktivitas Neni di Hari libur
Diluar situasi pandemi parah Neni libur tiap minggu, dia memanfaatkan waktu berkumpul dengan orang orang soleh dan soleha ikut pengajian di majelis, Neni aktif di organisasi PERMA (Persatuan Mahasiswa) UT Hongkong dan di PCINU HONGKONG.
Selain kegiatan offline yang dilakukan Neni dihari minggu dia juga ada kegiatan online membaca yasin dan tahlil setiap malam Jum’at.
“Saya memanfaatkan waktu dengan belajar dan terus belajar dengan modal niat,sabar, rajin dan bekerja keras.’ katanya.
Cita – Cita Neni
Kelak jika sudah lulus kuliah dan pensiun jadi PMI dia pulang dan ingin mengamalkan ilmu yang sudah dia dapat, terutama untuk anak saya,keluarga baru orang lain.
“InsyaAllah juga saya ingin buka perpustakaan kecil kecilan di rumah, buka tempat les untuk anak anak dan mengaji dengan free Wi-fi supaya anak2 bisa belajar internet juga dengan gratis.” harapnya.
Neni juga telah merintis usaha toko sembako, Neni juga sudah sawah dan kebun hasil kerja di Hongkong sehingga dia juga berharap bisa bertani. Kedepannya Neni tak ingin jauh dari anak lagi, keinginnya hanya ingin membahagiakan anak dan keluarga.
Kendala Kerja Sambil Kuliah
“Kendala dalam kerja dan kuliah yaitu ketika menghadapi UAS online, sementara seharian sudah full kerja gak ada waktu mengerjakan soal, jadi harus pintar membagi waktu fokus kerjaan dan fokus tugas juga karena situasinya sebagai PMI yang kerja di rumah tangga orang.” kisah Neni
Masih menurut Neni, kalau pas UAS atur waktunya harus benar-benar pas, jadi untuk mengunduh/ download soal dan mengerjakannya nyicil satu satu sampe selesai, begitu juga dengan batas waktu upload juga harus diperhatikan karena kalau telat urusannya jadi panjang karena harus ikut ujian susulan.
“Hal yang paling membingungkan jika pas sibuk tugas sibuk juga kerjaan dirumah, kadang banyak tamu majikan yang datang ke rumah untuk makan malam jadi ekstra waktu sibuknya. Kadang juga pas jadwal diajak jalan-jalan sama keluarga. Jadi harus benar-benar bisa atur waktu, hemat waktu juga.” jelasnya.
Neni juga menceritakan dilema kebutuhan uangnya yang terkadang bersamaan antara bayar SPP dan kebutuhan rumah tangganya di Indonesia, namun menurut Neni itu disyukuri saja sembari berharap semoga lelahnya menjadi berkah dalam hidupnya.
Meski harus hemat dan pandai membagi waktu Neni tetap semangat san menyemangati teman lainnya sengan ucapan: yok… bisa yok. Pejuang Toga, pejuang dolar, pejuang keluarga semoga lelah jadi berkah. salam sehat dan sukses selalu buat semua teman – teman PMI yang sedang bekerja sambil kuliah di Hong Kong.[iP]