300 PMI Berangkat Ke Korea Selatan Sebagai Pekerja Resmi
Jakarta, BI – Kepala Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI), Benny Rhamdani, kembali melepas sebanyak 300 Pekerja Migran Indonesia (PMI) Program Government to Government (G to G) ke Korea Selatan.
Dalam pelepasan pada Senin (8/5) di El Hotel Royale, Jakarta Utara, Benny kembali menyuarakan perlawanan terhadap bisnis perdagangan manusia terhadap PMI.
“Bisnis kotor yang terus berjalan, anak-anak bangsa yang diperjual belikan, dan 90 persen korban perdagangan manusia ini adalah ibu-ibu atau perempuan. Sehingga saat di Batam, kami menginisiasi seminar, Pak Menkopolhukam hadir sebagai Keynote Speaker, temanya cukup keras yaitu Perang Semesta Melawan Sindikat Penempatan Ilegal,” tuturnya
Benny meneruskan, dirinya tak akan pernah berhenti menyuarakan perlawanan tersebut. “Tidak ada satu hal pun yang harus membuat saya takut, karena ini adalah perjuangan atas nama kemanusiaan. Perjuangan agar anak-anak bangsa tidak menjadi korban penempatan ilegal,” tegasnya.
Sementara itu, Sekretaris Kementerian Pemberdayaan Pemberdayaan Perempuan dan dan Pelindungan Anak (KemenPPPA), Pribudiarta Nur Sitepu, menegaskan bahwa Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) atau human trafficking merupakan tantangan bersama.
“Sebagai Ketua Harian Gugus Tugas sekaligus kami mengharapkan komunikasi dengan BP2MI dalam hal melakukan sinergi program dalam rangka pelindungan seluruh pekerja migran bersama-sama, agar tidak terjebak dalam isu trafficking. Pemberantasan perdagangan orang harus mulai dari hulunya, dari mulai mencegah terjadinya trafficking,” ujarnya.
Pribudiarta melanjutkan, penempatan dengan skema G to G bermanfaat agar tak ada ruang lagi untuk para Calon PMI berangkat dengan cara yang nonprosedural.
Di sisi lain, Deputi Bidang Perekonomian Sekretariat Kabinet, Satya Bhakti Parikesit, menuturkan apreasinya terhadap kinerja BP2MI di bawah kepemimpinan Kepala BP2MI, Benny Rhamdani.
“Teman teman harus bangga punya Kepala BP2MI Pak Benny. Dalam tiga tahun ini, perubahan terhadap perlakuan kehadiran negara, teman-teman adalah penyumbang devisa terbesar kedua, dan pemberangkatan teman-teman ke Korea membantu pemerintah mengentaskan kemiskinan. Di situlah negara hadir untuk teman-teman.
Satya menyadari bahwa anggaran yang dialokasikan untuk BP2MI sangat kecil. Namun dirinya mengapresiasi pelindungan maksimal yang telah diberikan kepada PMI.
Terakhir, Staf Khusus Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Tina Talisa, dengan bangga mengaku bahwa dirinya adalah anak PMI. Ia menyampaikan bahwa melalui credential letter yang diberikan oleh negara, menjadi bukti bahwa negara telah memberikan kepercayaan.
“Teman-teman, saya yakin memiliki keyakinan dan kebesaran hati untuk berproses. Saya juga sangat percaya kepercayaan itu tidak pernah diberikan, kepercayaan itu dalam konteks diri kita itu diperoleh. Credential letter dari sisi pemerintah, pemerintah memberikan. Tapi dari sudut pandang teman-teman, teman-teman memperoleh. Karena tidak semua orang mendapatkan keistimewaan,” jelas Tina.
Tina menutup, pihaknya mendorong agar para PMI dapat berwirausaha selepas pulang ke Indonesia. Ini untuk mewujudkan sebagaimana yang BP2MI dorong, yakni “Pergi Migran, Pulang Juragan”.
Diketahui, terdapat 253 PMI sektor manufaktur dan 47 PMI sektor perikanan yang dilepas. Hingga saat ini, di tahun 2023, tercatat 16.640 PMI telah dilepas dan diberangkatkan ke Korea Selatan. **(Humas/MSA/MIF/MH/Aff)