Rokok Dengan Aroma Perasa Menjadi Favorit Di Taiwan
Ada kemungkinan campuran rasa - rasa tersebut akan di larang
TAIPEI, BI [26/10] – Otoritas kesehatan di Taiwan telah menyatakan keprihatinan yang mendalam atas meningkatnya konsumsi produk tembakau beraroma, khususnya di kalangan pelajar dan perempuan muda.
Berdasarkan survei yang dilakukan pada tahun 2022, di kalangan perokok berusia 18 tahun ke atas, 18,2% responden menyatakan kesediaan mereka untuk menggunakan produk tembakau dengan perasa, peningkatan yang signifikan dari 15,6% pada tahun 2020. Khususnya, responden perempuan menunjukkan tingkat penggunaan yang lebih tinggi, yakni sebesar 43,8%. % menunjukkan minat terhadap produk ini, dibandingkan dengan 14,3% yang dilaporkan di kalangan pria, menurut Health Promotion Administration (HPA).
Selain itu, data tahun 2021 menunjukkan bahwa sekitar 40% perokok remaja di Taiwan menggunakan produk tembakau yang wangi. Secara khusus, siswa perempuan di SMP dan SMA menunjukkan tingkat penggunaan masing-masing sebesar 57,2% dan 60,7%, melebihi siswa laki-laki.
Daya tarik rokok beraroma terletak pada kemampuannya untuk menutupi bau dan rasa tajam dari asap tembakau, sehingga menarik bagi pengguna pertama kali dan generasi muda yang mungkin secara keliru percaya bahwa produk ini tidak terlalu berbahaya.
HPA menekankan bahwa produk tembakau beraroma menimbulkan risiko kesehatan yang sama besarnya, karena nikotin yang dikandungnya dapat menghambat perkembangan otak dan menimbulkan berbagai efek buruk. Selain itu, perokok muda mempunyai risiko lebih tinggi untuk mengalami kecanduan terhadap zat lain.
Untuk mengatasi kekhawatiran yang semakin besar ini, amandemen Undang-Undang Pencegahan Bahaya Tembakau diberlakukan pada bulan Maret, yang melarang penambahan perasa pada produk tembakau.
Ada diskusi yang sedang berlangsung mengenai kemungkinan pelarangan wewangian tertentu, seperti bunga, buah, coklat, dan mint, dan masukan masyarakat mengenai hal ini sedang diminta.[BI/TN]