Varian Baru Virus Korona Memuat Orang Gelisah
Hong Kong, BI [21/12] – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengklasifikasikan virus corona baru subvarian JN.1 sebagai “variant of interest” namun terdapat bukti yang menunjukkan risiko terhadap kesehatan masyarakat rendah.
Pakar kesehatan luar negeri dan lokal mengatakan meskipun strain tersebut dapat menghindari sistem kekebalan dan menularkan lebih mudah dibandingkan varian lain yang beredar, virus ini belum menunjukkan tanda-tanda penyakit parah.
JN.1 telah diklasifikasikan sebagai varian yang diminati sebagai bagian dari garis keturunan induknya BA.2.86, namun WHO kini telah mengklasifikasikannya sebagai varian terpisah.
Dikatakan bahwa vaksin yang ada saat ini akan terus melindungi terhadap penyakit parah dan kematian akibat JN.1, yang pertama kali diidentifikasi di Luksemburg pada akhir Agustus dan telah menyebar ke lebih dari 40 negara. Kasus JN.1 di antara mereka yang mengidap Covid melonjak dari 4 persen menjadi sekitar 30 persen pada awal bulan ini.
Penyakit ini pertama kali terdeteksi di Amerika Serikat pada bulan September. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS mengatakan sebelumnya JN.1 mencakup sekitar 15 persen hingga 29 persen kasus di AS pada bulan Desember 8.
Namun tidak ada bukti bahwa JN.1 menimbulkan peningkatan risiko, katanya, seraya menambahkan suntikan terbaru dapat melindungi terhadap varian tersebut.
Daratan mendeteksi tujuh infeksi lokal pada 10 Desember.
Otoritas kesehatan Tiongkok mengatakan semua pasien memiliki gejala ringan atau tidak menunjukkan gejala dan percaya bahwa jenis JN.1 mirip dengan XBB, yang memiliki risiko kesehatan masyarakat yang rendah karena orang-orang memiliki kekebalan baik melalui infeksi alami atau vaksinasi.
Meskipun jenis virus baru ini tidak menyebar secara liar, namun penyakit ini bisa menjadi jenis virus yang besar karena pengaruh kasus impor, kata pihak berwenang.
Pakar penyakit menular Universitas Hong Kong Ivan Hung Fan-ngai mengatakan meskipun JN.1 memiliki kemampuan penghindaran dan penularan yang lebih baik, tidak ada bukti bahwa JN.1 menyebabkan penyakit serius.
Namun Hung mengatakan orang lanjut usia dan mereka yang memiliki gangguan fungsi kekebalan tubuh berisiko tinggi terkena penyakit serius dan mereka harus segera menerima suntikan booster.[BI]