Mengenal Barongsai dan Sejarahnya
Jakarta, BI [20/02] – Barongsai, seni tari tradisional Tiongkok, telah menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya Indonesia. Dengan sejarahnya yang mencapai ribuan tahun, barongsai pertama kali muncul di masa Dinasti Chin pada abad ketiga SM.
Dipercayai sebagai simbol keberuntungan dan kesuksesan, tarian ini sering dipentaskan dalam acara-acara penting seperti perayaan Tahun Baru Imlek atau pembukaan usaha baru. Selain menghibur, pertunjukan barongsai juga diyakini dapat mengusir energi negatif.
Dengan kostum menyerupai singa, barongsai terus mempesona dan menyiratkan nilai-nilai positif dalam budaya Indonesia.
Asal-usul Nama Barongsai
Istilah ‘barongsai’ sendiri hanya dikenal di Indonesia. Sementara kesenian ini lebih dikenal dengan sebutan ‘lion dance’.
Istilah barongsai muncul di Indonesia dan beberapa pecinan di Asia Tenggara. Di Tiongkok, tarian ini disebut ‘shi,’ yang artinya ‘singa’.
Namun, di Indonesia, istilah “barongsai” merupakan hasil akulturasi dengan budaya pribumi, terutama Jawa, yang berasal dari kata ‘barong’. Melalui perpaduan budaya Indonesia dan Tiongkok, lahirlah istilah “barongsai” yang kita kenal saat ini.
Sejarah Barongsai
Mengutip laman resmi Headquarters of the Plum Blossom International Federation dan National Library Board Singapore, barongsai atau naga singa, tidak hanya sebuah pertunjukan seni, tetapi juga mengandung nilai-nilai sejarah dalam budaya Tionghoa.
Menurut legenda, makhluk bernama “Nian” akan merusak tanaman dan hewan di desa setiap malam Tahun Baru. Untuk mengusirnya, penduduk desa membuat replika Nian dari bambu dan kain, disertai dengan alunan musik keras.
Mereka berhasil mengusir Nian, dan dari sinilah tarian barongsai menjadi tradisi dalam menyambut Tahun Baru Imlek. Sejarah militer juga menyumbang pada perkembangan barongsai. Pada era Dinasti Song, strategi pintar digunakan dalam peperangan.
Gubernur Jiao Zhou, Tan He, berhasil menakuti gajah musuh dengan menyamar sebagai singa menggunakan pakaian dan tali. Inilah titik awal tarian barongsai di dunia militer, yang kemudian meresap ke dalam kehidupan sehari-hari.
Legenda lain berasal dari Dinasti Tang, di mana seorang kaisar diselamatkan dari mimpi buruk oleh seekor singa. Kaitannya dengan keberuntungan membuat barongsai menjadi puncak perayaan tahun baru dan acara penting lainnya dalam budaya Tionghoa.
Dalam konteks revolusi pada zaman Dinasti Qing, barongsai digunakan sebagai sarana komunikasi rahasia antara para pejuang revolusioner. Teriakan dan gerakan dalam tarian ini menjadi kode tersendiri yang menunjukkan bagaimana seni bela diri dan tarian bisa menjadi sarana efektif untuk menyampaikan pesan di tengah tekanan politik.
Seiring berjalannya waktu, barongsai tidak hanya menjadi simbol keberuntungan, tetapi juga menyiratkan keberanian, kecerdasan strategis, dan semangat perjuangan.
Dalam seni bela diri Tionghoa, terutama dalam gaya selatan seperti Choy Li Fut, barongsai dianggap sebagai metode pelatihan yang penting. Menuntut para penarinya, barongsai bagus untuk memiliki kekuatan fisik, ketangguhan, dan keuletan.[BI]