Daerah

Ibu Okta, Melahirkan di Tengah Kepungan Banjir

Okta tak menyangka melahirkan ditengah banjir, akibat tanggul Jebol

DEMAK, BI [23/03] – Banjir di Demak, Jawa Tengah menyimpan banyak cerita. Salah satunya dari Oktaviyaningrum, warga Kampung Krapyak, Kelurahan Bintoro, Kecamatan Demak yang melahirkan di tengah kepungan bnjir.

Saat ditemui di Posko Pengungsian di Wisma Halim Demak, Jumat (22/3), Okta, sapaan akrab dia, bercerita perjuangannya yang akan melahirkan, padahal kondisi rumah terkepung banjir. Peristiwa tersebut terjadi pada, Minggu (17/3). Saat itu usia kandungan Okta memasuki sembilan bulan.

Mulasnya itu ia rasakan di dalam rumahnya. Ada dorongan kuat ingin segara ke klinik bersalin. Namun, di luar rumah banjir mulai menggenangi lingkungan sekitar. Tanggul sungai di kampungnya jebol karena hujan dengan intensitas tinggi.

Saat itu, suaminya masih bergotong royong bersama warga mencoba menutup tanggul dengan sandbag, agar banjir tidak makin tinggi dan meluas. Pada momentum itu, suaminya juga berada pada persimpangan kebimbangan, antara menyelesaikan menutup tanggul agar banjir tak meluas, atau langsung pulang mendampingi istrinya. Pada akhirnya, sang suami memutuskan pulang ke rumah mendampingi istrinya.

Begitu suaminya sampai rumah, perempuan yang akrab disapa Okta itu langsung di bawa ke klinik persalinan. Untuk melintasi banjir yang melanda, keduanya menumpang perahu karet. Setelah melewati genangan, barulah diantarkan menggunakan mobil. Jarak dari rumah ke kliniknya 30 menit. Menit demi menit mereka lalui dengan debar.

“Pokoknya penuh tantangan, tidak menyangka melahirkan pas tanggul jebol. Waktu perjalanan ke klinik air sudah naik lebih dari 15 sentimeter,” kata Okta.
Seusai melahirkan dipersalinan, Okta dan suaminya sempat bingung akan pulang kemana. Dia sempat memutuskan pulang ke rumah bersama bayinya sebab banjir di rumahnya belum begitu tinggi.

Namun, sehari setelah pulang ke rumah, ternyata air meninggi dengan cepat. Dengan kondisi panik, mereka dengan empat anaknya membawa barang seadanya, mengungsi di musala dekat rumah, yang posisinya dianggap lebih aman.

Namun, karena mengungsi di musala tersebut dianggap warga sekitar tidak repesentatif bagi ibu yang baru saja melahirkan, perangkat kampungnya kemudian menyarankan agar pindah ke pengungsian Wisma Halim.

Di wisma itu, dia bersama 216 warga yang lain. Kondisi di sana dia nilai lebih aman dan fasilitasnya memadai, seperti ketersediaan air bersih, makanan sehari -hari, dan tempat ibadah. Okta pun tak merasa kesulitan memenuhi kebutuhan bayinya. Baju, popok, minyak telon, semua tersedia.

Sebagai ibu yang baru saja melahirkan, Okta dan anaknya juga mendapat perhatian khusus dari petugas. Setiap hari kesehatan mereka berdua, dan asupan makanannya diberikan sesuai dengan kebutuhan ibu menyusui. “Pelayanan di sini bagus, terpenuhi semua, kebutuhan bayi sama saya juga. Setiap hari dicek kesehatan. Tensi, semua. Kesehatan bayi juga semua dicek,” ungkapnya.

Pj Gubernur Jawa Tengah Nana Sudjana berkesempatan mengecek langsung kamp pengungsian yang ditempati Okta dan suaminy

Nana mengatakan, warga yang terkena musibah banjir diungsikan di Demak dan Kabupaten Kudus. Di Demak, terdapat sekitar 24.600 pengungsi. Sementara di Kudus sebanyak 5.800 pengungsi. “Hasil tinjauan kami, selama lima sampai enam hari mereka mengungsi, mereka masih dalam keadaan sehat. Kebutuhan-kebutuhan logistik, sandang, maupun pangan juga tercukupi,” katanya.(mar4/hum/jpnn)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Terkait

Back to top button

AdBlock Terdeteksi!

Silahkan matikan / whitelist website ini jika anda menggunakan AdBlock Extension. Iklan dari website ini sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan bisnis kami. Terima Kasih. - Please turn off / whitelist this website if you're using AdBlock Extension. Advertising from this website is vital for the sustainability of our business. Thank You.