Mengapa “Red Carpet” Sering Dipakai Menyambut Tamu Penting?
Jakarta, BI [28/11] – Red carpet atau karpet merah sering digunakan untuk menyambut tamu penting dalam suatu acara formal. Mulai dari acara seremonial kenegaraan, pemutaran film perdana, hingga ajang penghargaan bergengsi seperti Piala Oscar.
Karena kerap digunakan untuk menyambut para selebriti, kepala negara, dan tamu berpengaruh lainnya, karpet merah identik dengan status serta kemewahan.
Lantas, bagaimana sejarahnya karpet merah digunakan untuk menyambut tamu?
Ada beragam versi sejarah karpet merah, tetapi yang paling populer dikaitkan dengan drama Yunani kuno berjudul “Agamemnon” yang ditulis oleh Aeschylus pada 458 SM.
Dalam mitologi Yunani, Agamemnon merupakan seorang raja dan tokoh sentral dalam legenda perang antara Yunani dan Troya.
Sejarawan dari National Potrait Gallery Washington, Amy Henderson menjelaskan, drama itu bercerita ketika Agamemnon pergi ke Perang Troya dan meninggalkan istrinya, Clytemnestra di rumah.
Dia pergi dalam waktu yang lama. Ketika kembali, Raja Agamemnon membawa seorang selir bernama Cassandra. Tak suka melihat hal itu, Clytemnestra lalu menyambut suaminya dengan perasaan dendam dan menggelar karpet merah.
Namun, menurut peneliti dari School of Cinematic Arts, University of Southern California, Elizabeth Castaldo Lunden, sejarah karpet merah sangatlah rumit.
Menurutnya, kisah drama itu sudah sangat lama sekali dan ada kemungkinan teks sekarang sudah berubah dari yang asli, sehingga Lunden meragukan versi tersebut.
Karpet Merah Simbol Strata
Karpet merah mulai digunakan sebagai simbol strata sosial sejak digunakan untuk menyambut tamu pada abad ke-19.
Permadani merah tua pernah digelar untuk menyambut kedatangan Presiden Amerika Serikat James Monroe di Georgetown, Carolina Selatan pada 1821.
Seiring berjalannya waktu, karpet merah ditetapkan sebagai standar dalam acara-acara penting yang melibatkan pejabat politik.
Sementara, asal muasal perlakuan karpet merah, diperkirakan berawal dari abad ke-20 saat digunakan oleh kereta api.
Sebuah kereta api express eksklusif yang dioperasikan oleh New York Central Railroad pada 1902 kala itu menyambut para penumpangnya dengan karpet merah. Para petugas bahkan memandu mereka masuk ke dalam kereta.
Lunden menjelaskan, “tradisi karpet merah” mulanya bukan berwarna merah melainkan ungu atau tyran purple. Warna ungu digunakan karena dianggap langka dan harga pigmennya mahal.
Warna tersebut juga identik sebagai warna kerajaan setelah runtuhnya Kekaisaran Bizantium pada 1453.
Pada era Ratu Elizabeth (1558-1603) di Inggris, warna ungu secara resmi dijadikan sebagai warna kebesaran kerajaan melalui undang-undang. Seiring waktu, warna ungu yang digunakan para bangsawan menjadi semakin merah.
Kenapa warna merah?
Kurator senior dari Victoria & Albert Museum, Sonnet Stanfill mengatakan, karpet merah sering muncul dalam karya seni Renaisans, yaitu gaya seni di Eropa pada abad ke-14 dan ke-15.
Biasanya, karpet merah ini tampak pada lukisan dewa, orang suci, dan bangsawan. Sebab, warna merah merupakan simbol dari kemewahan, kebangsawanan, dan aristokrat.
Untuk mendapatkan warna merah, kala itu pelukis juga harus mengeluarkan uang yang tidak sedikit.[*]