Allah SWT berfirman dalam surat Hud ayat 6, “Dan tidak ada binatang melata pun di bumi ini melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis di dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).” Kemudian ditegaskan lagi dalam Surah Al-Isra ayat 30 yang mengatakan bahwa “Allah melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya dan menyempitkan rezeki bagi yang dikehendaki-Nya pula.”
Banyak orang yang mengeluh karena seret-nya rezeki. Padahal Allah sudah menjanjikan setiap hamba-Nya pasti dikaruniai rezeki. Allah mengetahui persis kita sedang kesulitan, seret, butuh bayar cicilan, utang yang menumpuk, dan lain-lain.
Setidaknya ada 3 penyebab yang menjadikan rezeki kita tersumbat:
1. Dosa
Bila kita menyimak hadits Rasulullah (SAW) yang diriwayatkan Ibnu Majah dari Tsauban bahwa Nabi (SAW) bersabda, “Sesungguhnya seseorang itu akan terhalang dari rezekinya karena dosa yang dilakukannya.”
Hadis di atas menjelaskan bahwa faktor pertama yang menghalangi rezeki seseorang ternyata adalah karena dosa dan perbuatan kriminalnya. Lantas, kenapa masih ada orang ahli maksiat, tidak pernah melaksanakan salat, licik, dan zalim tapi rezekinya banyak terus mengalir lancar? Mari kita simak hadits di bawah ini.
“Jika engkau melihat Allah mengaruniakan nikmat dunia yang sesuai dengan keinginan seseorang yang masih terus-menerus melakukan dosa-dosanya, maka itu adalah istidraj.”
Apakah itu istidraj? Istidraj itu adalah kenikmatan semu yang menjadi petaka dan jebakan bagi penikmatnya. Jadi, Allah tetap memberikan banyak rezeki meskipun dia itu jahat ataupun seorang ahli maksiat. Namun, dia benar-benar akan tersiksa oleh rezekinya tersebut. Bisa jadi dipenjara, tersiksa, hingga pada akhirnya bisa berujung su’ul khotimah, yang akan jadi petaka baginya.
Rezeki itu bukan hanya sekedar uang. Melalaikan Ibadah, malas membaca Al-Qur’an, tidak mau pergi ke mushalla atau masjid, itu semua termasuk bagian dari rezeki yang terangkat, tercabut, dan disulitkan akibat dari tindak maksiat. Maka dari itu, jika rezeki sedang sulit, kita harus cepat-cepat evaluasi diri. Evaluasi kemaksiatan kita kepada Allah.
Belum lagi persoalan zina mata, maksiat mulut, dan maksiat pikiran. Maka marilah, kita periksa ke dalam hati kita masing-masing. Apabila urusan kita kepada Allah tidak serius, masih berburuk sangka, tidak mau mematuhi perintah Allah, “menabrak” larangan-larangan Allah, maka itulah yang menghilangkan berkahnya rezeki dari kehidupan kita.
Mungkin rezeki kita disempitkan dalam jumlah, mungkin juga jumlah rezeki semakin melimpah tetapi amat berat untuk bersedekah dan melakukan ibadah. Jika rezeki yang Allah berikan itu tidak berkah, pasti ia tidak akan membawa ketenangan, karena akan menimbulkan pada masalah-masalah lainnya. Di pelupuk matanya selalu dibuat rasa khawatir dan takut akan jatuh miskin.
Maka sekali lagi, jika merasa sempit atau seretnya rezeki, mari kita bermuhasabah dan ingat dosa kita. Dan buang jauh-jauh perasaan iri terhadap istidraj, karena dengan cara itulah Allah menghinakan seseorang.
2. Kufur Nikmat
Dalam Surah Ibrahim ayat 7, Allah menjanjikan, semakin kita bersyukur, Allah Yang Maha Melihat semakin menambahkan nikmat-Nya kepada kita. Sebaliknya, apabila kita justru sibuk ngedumel, merasa kurang terus, sibuk dengan perasaan kecewa, sibuk dengan keluhan demi keluhan, sibuk mencela keadaan, terus menerus menghina orang lain, meremehkan apa yang sudah Allah berikan, maka kekayaan yang tampak kelihatan melimpah ruah itu, seolah tidak membuatnya bahagia. Hidupnya dipenuhi dengan was-was, resah, gelisah dan merana.
Lalu, Allah memberikan kita sehat akan tetapi tidak pernah disyukuri, Allah memberikan tempat berteduh tidak disyukuri, Allah memberikan makan tidak disyukuri, kita masih mampu bernapas tidak disyukuri, bisa shalat 5 waktu tidak disyukuri, punya keluarga sakinah tidak disyukuri. Kita hanya sibuk dengan kekurangan-kekurangan. Ini semua yang dapat menghambat rezeki kita. Padahal, janji Allah itu sudah jelas jika kita bersyukur kepada-Nya maka nikmat-nikmat berikutnya akan ditambah melimpah-ruah.
Jadi, mulai saat ini kita perlu lebih berhati-hati agar kita tidak terjerembab kedalam perbuatan kufur nikmat.
3. Prasangka Buruk kepada Allah
Barangkali kita sering, atau paling tidak pernah mendengar hadits Qudsi yang menyatakan, “Allah itu sesuai dengan prasangka hamba-Nya. (HR Bukhari Muslim).
Sungguh ironis, jika kita tidak berprasangka baik kepada Allah padahal Dia telah menjamin rezeki setiap makhluk-Nya, bahwa Allah Maha Kuasa, dan Maha Mencukupi.
Sebagai seorang yang mengimani akan kuasa Allah, jika kita berprasangka baik kepada-Nya yang disertai dengan kepatuhan kepada yang Allah perintahkan, maka itulah yang akan mendatangkan pertolongan Allah.
Barulah kita sempurnakan ikhtiar, bersungguh-sungguh dalam mencari jalan keluar dari permasalahan hidup, dan selalu minta pertolongan kepada Allah serta tidak merasa lemah karena yakin bahwa Allah akan menolong. Inilah yang menjadi jalan bagi segala persoalan kita.
Untuk itu. dawamkan dzikrullah, terus berprasangka baik, terus dan terus bergerak, jangan hanya berdiam diri di dalam rumah, bergerak seperti burung yang disertai dengan prasangka baik serta dengan doa yang benar. Kemudian, tetap dengan menjauhi dari apa yang tidak Allah sukai.
Sesungguhnya tidak ada yang tidak disaksikan oleh Allah, Allah tahu keperluan kita, Allah tahu persis keperluan keluarga kita, Allah-lah satu-satunya penggenggam rezeki kita. Dialah yang membuka, menahan dan menutup rezeki kita. Jika Allah bukakan rezeki untuk kita, pastilah terbuka. Jika Allah menahan rezeki kita, pastilah tertahan. Dan jika rezeki kita Allah tutup, maka sekali-kali tidak ada yang bisa membukanya.
Inilah yang harus senantiasa kita kejar, yaitu pertolongan Allah. Dan sangat mudah bagi Allah untuk menolong hamba-hamba-Nya. Sebagaimana yang tertulis di dalam Surah Yasin ayat 82. Jika Allah menghendaki sesuatu pastilah terjadi.
Semoga ujian dari seretnya rezeki ini membuat kita banyak bertaubat, menjadi lebih baik, membuat kita semakin taat, membuat kita semakin bersemangat dalam berikhtiar, membuat ilmu semakin luas, membuat silaturahim kita terus berjalan, membuat hati kita selalu husnudzon kepada Allah, dan membuat kita selalu ingat kepada Allah.[*]