Jakarta, BI [19/11] – Penyakit mumps , atau dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai gondongan, adalah infeksi virus yang menyerang kelenjar parotis, yaitu kelenjar air liur di dekat telinga.
Penyakit ini disebabkan oleh virus mumps, yang termasuk dalam kelompok paramyxovirus.
Gondongan biasanya ditandai dengan pembengkakan kelenjar parotis, yang menyebabkan wajah penderita terlihat bengkak di sekitar rahang.
Baru-baru ini, penyakit ini menjadi perhatian publik di Indonesia karena laporan peningkatan kasus yang signifikan.
Gejala utama mumps adalah pembengkakan kelenjar air liur di salah satu atau kedua sisi wajah, yang sering kali disertai rasa nyeri, selain itu suhu tubuh juga meningkat sebagai tanda awal infeksi. Nyeri otot, sakit kepala dan nyeri saat mengunyah atau menelan aAkibat peradangan pada kelenjar air liur. Penderita juga alami kelahan, dengan rasa lemas dan tidak bertenaga.
Gejala ini biasanya muncul sekitar 16-18 hari setelah terpapar virus dan berlangsung selama beberapa minggu. Namun, pada beberapa kasus, penderita mungkin tidak menunjukkan gejala yang jelas (asimtomatik).
Virus mumps sangat mudah menular, terutama melalui kontak langsung dengan cairan tubuh penderita.
-Penularan dapat terjadi melalui percikan droplet dari batuk atau bersin penderita.
-Menyentuh benda yang telah terkontaminasi virus, seperti gagang pintu atau alat makan, kemudian menyentuh wajah.
– Berbagi alat makan atau minum dengan orang yang terinfeksi.
Orang yang terinfeksi mumps dapat menularkan virus kepada orang lain bahkan sebelum gejala terlihat, sehingga menyulitkan upaya pencegahan penyebaran.
Dalam beberapa minggu terakhir, kasus mumps dilaporkan meningkat di beberapa wilayah Indonesia.
Kondisi ini memicu kekhawatiran, terutama di kalangan orang tua yang memiliki anak kecil.
Salah satu alasan utama adalah rendahnya cakupan vaksinasi MMR (Measles, Mumps, Rubella), yang bertujuan melindungi anak-anak dari penyakit ini.
Data menunjukkan bahwa banyak anak belum mendapatkan vaksinasi lengkap akibat terganggunya program imunisasi selama pandemi COVID-19.
Kondisi ini menciptakan “kesenjangan imunitas” di masyarakat, sehingga virus mumps lebih mudah menyebar.
Walaupun gondongan sering kali dianggap sebagai penyakit ringan, komplikasi serius dapat terjadi, terutama jika tidak ditangani dengan baik.
Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi meliputi:
1. Orchitis: Peradangan pada testis, yang dapat menyebabkan rasa sakit dan, pada kasus yang jarang, gangguan kesuburan.
2. Ooforitis: Peradangan ovarium pada perempuan.
3. Meningitis: Infeksi yang menyebar ke selaput otak dan sumsum tulang belakang.
4. Ensefalitis: Radang otak yang dapat menyebabkan kerusakan permanen pada sistem saraf.
5. Kehilangan pendengaran: Pada kasus tertentu, virus mumps dapat merusak saraf pendengaran.
Pencegahan Penyakit Mumps
Cara terbaik untuk mencegah mumps adalah melalui vaksinasi MMR, yang biasanya diberikan pada anak-anak dalam dua dosis: dosis pertama pada usia 12-15 bulan, dan dosis kedua pada usia 4-6 tahun.
Vaksin ini terbukti sangat efektif dan aman untuk melindungi dari gondongan, campak, dan rubella.
Selain vaksinasi, langkah-langkah memnjaga kebersihan diri bisa diterapkan, rutin mencuci tangan dengan sabun. Menghindari berbagi alat makan atau minum dengan orang lain. Menjaga kebersihan lingkungan, termasuk membersihkan permukaan benda yang sering disentuh dan mengisolasi penderita untuk mencegah penularan lebih lanjut.
Mengingat penyakit gondongen belum ada obatnya, penting bagi masyarakat untuk memahami bahwa penyakit ini tidak hanya berdampak ringan, tetapi juga berpotensi menimbulkan komplikasi serius jika tidak ditangani dengan baik.[BI]