Kenali 9 Ciri-Ciri Sifilis Pada Wanita

Jakarta, BI [26/02] – Sifilis merupakan penyakit menular seksual yang disebabkan oleh infeksi bakteri Treponema pallidum. Infeksi ini dapat ditularkan melalui kontak langsung dengan penderita sifilis, baik melalui hubungan seksual maupun sentuhan dengan luka di kulit.
Ciri-ciri sifilis pada wanita umumnya sama dan tidak jauh berbeda dengan pria. Namun, ada beberapa ciri khas sifilis pada wanita umumnya terdiri dari 4 tahap dengan ciri-ciri yang berbeda, yakni tahap primer, sekunder, laten, dan tersier. Berikut ini adalah ciri-ciri sifilis pada wanita yang harus diwaspadai:
1. Luka di area kelamin
Sifilis pada wanita umumnya diawali dengan munculnya luka kecil yang tidak terasa nyeri (chancre). Luka ini berbentuk lingkaran dengan tepi yang tegas dan keras, serta dengan dasar luka berwarna keputihan. Luka dapat muncul di vagina, anus, bibir, atau mulut, tergantung pada lokasi masuknya bakteri penyebab sifilis ke dalam tubuh.
Luka ini merupakan ciri-ciri sifilis di tahap primer dan biasanya dapat menghilang dalam waktu 3–6 minggu. Meski demikian, ini bukan berarti penderitanya telah sembuh dari sifilis. Tanpa pengobatan, sifilis tahap primer bisa berkembang menjadi tahap sekunder.
2. Kutil di area kelamin
Munculnya kutil yang datar dan berwarna putih di vagina atau dubur. Ini merupakan tanda bahwa sifilis telah memasuki tahap sekunder.
Kutil ini tidak menimbulkan nyeri dan terkadang bisa mirip dengan koreng karena iritasi biasa. Selain itu, kutil karena sifilis juga dapat hilang dan timbul selama 1 tahun.
3. Ruam
Penderita sifilis akan mengalami ruam atau bintik kemerahan yang tidak gatal. Ruam ini biasanya mulai muncul di telapak tangan atau telapak kaki, kemudian menyebar ke seluruh tubuh.
Selain itu, ruam yang muncul biasanya berwarna coklat kemerahan dan memiliki tekstur yang kasar. Ruam ini merupakan ciri-ciri sifilis pada tahap sekunder.
4. Alis mata menipis dan rontok
Tahap tertier, yakni tahap ketiga dari penyakit sifilis. Kondisi ini bisa terjadi karena reaksi peradangan pada tubuh untuk membasmi sisa kuman sifilis yang masih menetap di tubuh.
Selain menyebabkan alis mata tipis dan rontok, sifilis juga bisa menyebabkan rambut rontok atau pitak.
5. Nyeri panggul
Nyeri panggul merupakan salah satu ciri-ciri sifilis pada wanita yang penting untuk diperhatikan. Jika tidak ditangani, sifilis bisa menyebabkan penyakit radang panggul. Kondisi ini bisa menimbulkan keluhan berupa nyeri panggul, nyeri atau rasa tidak nyaman ketika berhubungan intim, serta keluar darah di luar waktu haid.
6. Keputihan
Sifilis di tahap sekunder atau tersier juga bisa menyebabkan keputihan. Pada tahap ini, bakteri penyebab sifilis mulai menyerang bagian leher rahim (serviks) dan panggul. Ciri-ciri keputihan akibat sifilis ini biasanya berwarna kehijauan atau kekuningan dan disertai bau.
7. Masalah kesuburan
Sifilis yang tidak diobati lama-kelamaan bisa menyebabkan gangguan kesuburan. Ini karena bakteri penyebab sifilis bisa menimbulkan kerusakan pada organ di dalam panggul, seperti indung telur, rahim, dan tuba falopi.
Selain itu, sifilis juga bisa meningkatkan risiko terjadinya keguguran pada ibu hamil. Beberapa riset menyebutkan bahwa wanita yang menderita sifilis cenderung lebih rentan mengalami keguguran berulang.
8. Penurunan berat badan
Penurunan berat badan tanpa sebab termasuk salah satu ciri-ciri sifilis pada wanita yang sudah memasuki tahap sekunder. Ini terjadi karena bakteri penyebab sifilis memicu peradangan di dalam tubuh sehingga berdampak pada metabolisme tubuh. Efeknya, nafsu makan pun berkurang sehingga berat badan turun drastis.
9. Neurosifilis
Neurosifilis merupakan komplikasi dari sifilis pada otak dan sumsum tulang belakang. Kondisi bisa terjadi pada pada tahap akhir atau laten, jika sifilis tidak diobati dengan tepat sejak awal.
Neurosifilis dapat menyebabkan penderitanya mengalami kelumpuhan permanen, demensia, perubahan perilaku atau mood, sakit kepala yang sering kambuh, halusinasi, hingga kematian.
Penanganan sifilis biasanya akan lebih efektif jika dilakukan di tahap primer atau sekunder. Untuk menangani sifilis, dokter bisa memberikan suntikan antibiotik penisilin. Jika penderita memiliki alergi terhadap antibiotik tersebut, dokter akan memberikan antibiotik lain dalam bentuk obat minum, misalnya azithromycin atau doxycycline.
Namun, bila sifilis sudah masuk tahap tersier atau laten, pemberian obat-obatan hanya bisa menghentikan infeksi. Obat-obatan tidak bisa mengembalikan fungsi organ yang telah rusak, terlebih jika sudah terjadi komplikasi, seperti neurosifilis atau radang panggul.
Oleh karena itu, ketika mengalami ciri-ciri sifilis pada wanita yang telah disebutkan sebelumnya, penderita perlu melakukan pemeriksaan ke dokter.
Tidak hanya penderita yang perlu mendapatkan pengobatan, pasangan seksualnya pun perlu diobati agar risiko terjadinya penularan kembail bisa ditekan. Selama menjalani pengobatan, penderita dan pasangannya juga dianjurkan untuk tidak berhubungan intim sampai dinyatakan sembuh oleh dokter.
Ciri-ciri sifilis pada wanita sering kali tidak menimbulkan rasa sakit sehingga jarang disadari oleh penderitanya. [*/BI]