Tausiah

Kisah Pemuda Telat Ke Masjid Tapi Disanjung Rasulullah

Alkisah ada seorang pemuda yang telat datang ke masjid tapi malah mendapat sanjungan dari Rasulullah SAW.

Pada suatu hari, Rasulullah SAW salat berjemaah di masjid bersama para sahabat. Di waktu salat berjemaah, seorang pemuda bergegas menuju masjid. Langkahnya panjang dan cepat, sementara dadanya naik turun menahan napas yang tersengal.

Pemuda tersebut tahu bahwa ia telah terlambat. Namun keinginannya untuk ikut serta dalam salat bersama Rasulullah SAW membuatnya tidak peduli dengan rasa lelah.

Di sepanjang perjalanan, ia terus berdoa agar masih mendapat kesempatan untuk bergabung dalam barisan jamaah. Sesampainya di masjid, suara bacaan salat sudah terdengar.

Tanpa ragu, sang pemuda segera melangkah masuk, berusaha bergabung dengan barisan. Tubuhnya masih terasa lelah, napasnya belum stabil tapi dengan penuh ketulusan, ia mengucapkan doa;

“Alhamdulillahi hamdan katsiran thayyiban mubarakan fih (Segala puji bagi Allah dengan puji tak terhingga, yang baik, dan penuh berkah).”

Doa itu merupakan sebuah ungkapan syukur atas kesempatan yang masih diberikan Allah SWT kepadanya untuk beribadah. Setelah salat selesai, Rasulullah SAW menoleh ke arah para jemaah dan bertanya;

“Siapa tadi yang mengucapkan sesuatu saat aku sedang salat?”

Para sahabat yang hadir saling berpandangan. Namun tak satu pun yang berani menjawab.

Rasulullah SAW mengulang pertanyaannya, menegaskan bahwa ucapan tersebut bukanlah sesuatu yang buruk. Pada saat itu, pemuda yang tadi datang terlambat mengangkat tangannya dengan ragu dan berkata lirih;

“Aku, wahai Rasulullah. Aku datang ke masjid nyaris berlari. Akibatnya, napasku tersengal-sengal dan kemudian kuucapkan kata-kata tadi.”

Mendengar jawaban pemuda itu, Rasulullah SAW tersenyum dan berkata;

“Sungguh, aku melihat dua belas malaikat berebut untuk mencatat doa tersebut dan menyampaikannya kepada Allah SWT.”

Para sahabat yang hadir terkejut sekaligus kagum. Betapa besar keutamaan doa yang diucapkan dengan penuh ketulusan bahkan hingga malaikat berlomba-lomba mencatatnya.

Kisah ini menjadi pelajaran berharga bahwa niat baik dan hati yang ikhlas dalam beribadah lebih utama daripada sekadar ketepatan waktu.

Tak hanya itu, kisah ini juga mengajarkan bahwa rahmat Allah begitu luas. Meski seorang hamba mungkin merasa kurang sempurna dalam ibadahnya, Allah SWT tetap melihat kesungguhan dan keikhlasan hatinya.[*]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Terkait

Lihat Juga Berita Ini :
Close
Back to top button

AdBlock Terdeteksi!

Silahkan matikan / whitelist website ini jika anda menggunakan AdBlock Extension. Iklan dari website ini sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan bisnis kami. Terima Kasih. - Please turn off / whitelist this website if you're using AdBlock Extension. Advertising from this website is vital for the sustainability of our business. Thank You.