Warta Migran

Pini, Mantan PMI HK Yang Gigih Hingga Jadi Pengusaha Kue

Ngawi, BI [09/04] – Bekerja di luar negeri membuka peluang bagi para pekerja migran untuk banyak belajar, dan tak sekedar mencari uang. Jika kesempatan tersebut dimanfaatkan, hal itu bisa membawa kesuksesan.

Hal itu pula yang dilakukan oleh Pini (begitu dia biasa dipanggil) mantan Pekerja Migran Indonesia(PMI) asal Ngawi, Jawa Timur.

Tiga tahun bekerja di Malaysia dan tiga belas tahun bekerja di Hong Kong, membuat wanita bernama lengkap Sri Supini belajar banyak hal.

Tak hanya pengalaman pahit di tanah rantau, namun juga belajar keterampilan mengembangkan kerajinan.

Salah satunya keterampilan membuat kristik. Kerajinan yang menggunakan benang untuk membuat gambar di atas kain atau bahan lainnya. Salah satu jenis sulaman yang memakai jahitan benang yang bersilangan (membentuk huruf X) di atas kain tenunan sejajar.

Banyak karya yang telah dihasilkan oleh Pini. Dia lebih membuat kerajinan yang bergambar keluarganya sendiri.

“Ini foto bapak dan Ibu saya, terus foto lengkap keluarga saya,” ucap Pini sambil menunjukkan beberapa keterampilan karyanya.

Beberapa hasil karya Pini dipajang di setiap sudut ruangan rumahnya.

Perempuan asal Desa Jagir, Kecamatan Sine, itu terpaksa merantau karena desakan ekonomi sejak ditinggal pergi suaminya yang tak bertanggung jawab. Ia berangkat hanya mengandalkan niat dan tekad serta restu dari kedua orang tuanya.

Betapa tidak, setelah suami meninggalkannya, secara otomatis, tugasnya berubah menjadi tulang punggung keluarganya.

Sepulang dari Malaysia, Ia bertekad untuk merantau ke negara yang menurut sebagian orang, dengan gaji yang lebih besar.

Kali ini Ia memilih Hong Kong untuk menjadi tujuan mengadu nasib.

Sejak 2010 Ia yakin berangkat dengan membawa asa. Setelah menyekolahkan anaknya sampai sukses. Hingga saat ini menjadi seorang bidan.

Sejak pulang di tahun 2021, awalnya Pini juga merasa bingung. Mau usaha apa, sedangkan selama di Hong Kong yang Ia pelajari keterampilan itu, tak bisa dipraktekkan untuk usaha di daerahnya.

“Kalau kristik itu, hanya sebagian orang yang tertarik. Dan orang tertentu saja yang mau membeli,” katanya.

“Karena ibu, dulu basiknya seorang pedagang, beliau menyarankan untuk usaha saja. Ya udah dengan disupport oleh Ibu dan keluarga. Lalu saya mulai belajar membuat kue,” ujar Pini yang kini telah memiliki seorang cucu itu.

“Mungkin karena bakat juga ya Mba, selain saya rajin belajar dari youtube, saya terus praktekkan di rumah,” tambahnya.

Setelah mahir membuat aneka kue, Pini menjadi percaya diri. Ia mempelajari kue basah, kue kering, dan juga roti dengan berbagai varian rasa.

Ia juga melayani kue ulang tahun serta tumpeng untuk berbagai acara hajatan.

Untuk memulai usaha kue ini, menurut Pini, sangat berat. Banyak tantangan yang harus Ia hadapi.

“Awal-awal saya itu juga malu menawarkan ke warung-warung. Banyak yang nolak. Kadang di situ, hati saya sedih. Tapi, saya tak patah semangat. Saya terus menawarkan ke teman, ataupun saudara. Dari situ, alhamdulillah pelan-pelan, kue saya mulai dikenal banyak orang,” kenang Pini.

“Kadang orang beli mintanya murah, gede, enak. Tapi kita jual itu kan sesuai budget. Bahan-bahannya juga beda, Itu dah biasa,” katanya.

Pini juga menceritakan, saat ini dia selalu kebanjiran orderan saat musim orang hajatan maupun menjelang lebaran.

“Alhamdulillah, saya selalu bersyukur. Orderan itu selalu ada. Dan bisa untuk hidup di kampung bersama keluarga,” kata perempuan dua anak ini.

“Jujur, saya nyesel juga. Kenapa waktu libur dulu yang saya pelajari itu membuat kristik setiap minggu di bawah jembatan Causeway. Bukan bikin kue. Walaupun itu juga kegiatan positif. Tapi kalau untuk usaha di kampung, ini agak susah,” tambahnya.

Dari usaha kue, kini Pini bisa membeli mobil untuk membantu memperlancar usahanya. Serta investasi yang lain.

Pini juga berharap suatu saat Ia bisa membuka outlet bakery walaupun sederhana.

“Suatu saat ya kepingin buka outlet, saat ini masih ngumpulin modal. Semoga ke depannya bisa terwujud, aamiin, ” harap wanita dua anak ini.

Pini juga berpesan kepada para PMI yang masih bekerja di luar negeri. Dimanapun berada. Terutama di Hong Kong yang memiliki kebebasan mengekspresikan kemampuannya untuk lebih membekali diri dengan keterampilan. Agar suatu saat setelah pulang ke kampung halaman, sudah siap untuk menjadi pengusaha.

“Pesan saya kepada teman-teman semua. Jangan jadi PMI terus, harus jadi pengusaha di negeri sendiri. Isilah waktu luang kalian untuk belajar. Agar setelah pulang nanti tidak bingung untuk memulai usaha apa. Persiapkan mulai dari sekarang,” ujar Pini yang selalu didukung kedua orang tuanya.(esti)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Terkait

Back to top button

AdBlock Terdeteksi!

Silahkan matikan / whitelist website ini jika anda menggunakan AdBlock Extension. Iklan dari website ini sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan bisnis kami. Terima Kasih. - Please turn off / whitelist this website if you're using AdBlock Extension. Advertising from this website is vital for the sustainability of our business. Thank You.