
Allah (swt) berfirman:” Dan tiadalah kami mengutusmu, melainkan untuk menjadi rahmat kasih saying bagi semesta alam.” (Al-Anbiya’: 107)
Ayat Al-Qur’an di atas menerangkan bahwa Nabi Muhammad (saw) adalah Rasul yang datang membawa rahmat yang menyeluruh meliputi alam semesta, rahmat kepada kaum Mu’minin, rahmat bagi golongan non-Muslim, rahmat bagi segenap umat manusia, bahkan rahmat bagi alam hewan. Karena rahmat yang menyeluruh itu mencakup semua makhluk yang diciptakan Allah.
Adapun tentang kasih sayang beliau terhadap kaum Mu’minin, dengan tegasnya telah dinyatakan oleh Allah (swt) dalam firman-Nya:” Sungguh, telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaan yang kamu alami, dia sangat menginginkan keimanan dan keselamatan bagimu, dia amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang Mu’min.” (At-Taubah: 138)
Ayat ini sekaligus merupakan kehormatan bagi beliau, karena dua di antara nama-nama Allah diberikan kepanya, yaitu Ra’uf (amat belas kasihan) dan Rahim (amat penyayang).
Pernah seorang badui datang kepada Rasulullah meminta sesuatu padanya. Setelah diberi apa yang dia minta, beliau bertanya kepadanya,:” Apakah sudah cukup aku berbuat baik kepadamu?” Sang badui tadi menjawab dengan cepat,” Tidak, engkau belum berbuat sesuatu yang baik kepadaku.” Mendengar jawaban yang kasar dan tidak sopan itu, para sahabat nabi yang kebetulan berada di tempat itu menjadi marah. Namun, Rasulullah memberi isyarat kepada mereka agar tenang saja.
Kemudian beliau masuk kedalam rumahnya dan kembali sambil menyerahkan tambahan pemberiannya, dan berkata lagi:” Cukupkah sudah aku berbuat baik kepadamu?” Badwi itu dengan gembira menjawab:” Ya, Semoga Allah membalas kebaikanmu berlipat ganda.” Kemudian Rasulullah berkata lagi kepadanya, bahwa apa yang engkau ucapkan tadi sangat menyakitkan hati sahabat-sahabatku. Dan bila engkau tidak keberatan, ulangilah kata-kata yang terakhir yang baru saja engkau ucapkan dihadapan mereka agar hilang kemarahan hati mereka kepadamu.
Badui itu mengiyakan sambil menganggukkan kepalanya dan pergi keluar. Pada keesokan harinya, datang lagi badui itu, maka Rasulullah dihadapan para sahabatnya berkata:” Orang ini, sambil menuding kepada badui itu yang sedang duduk melepaskan matanya ke kanan dan ke kiri, telah berucap apa yang kalian dengar kemarin, maka aku menambah lagi pemberian kepadanya, dan iapun menjadi puas. “Apakah bukan demikian?” Tanya beliau kepada orang badui itu. “Benar, benar,” sahutnya dan semoga Allah membalas kebaikan engkau dengan berlipat ganda, sambungnya lagi.
Rasulullah (saw) sangat lembut terhadap umatnya, sangat mencintai dan menyayangi mereka. Di kalangan para sahabat terdapat seseorang yang dikenal dengan nama Zahir. Dia berasal dari Arab pegunungan. Sebagaimana diketahui, orang Arab pegunungan itu berwatak keras dan egois; mudah tersinggung dan lekas marah.
Di samping berwatak mudah naik pitam, dia juga buruk rupa. Namun, Rasulullah (saw) yang lembut dan penyayang sangat menghormatinya. Suatu hari, Zahir sedang berdagang di pasar. Rasulullah mendatanginya dari belakang. Beliau mendekapnya. Zahir yang belum pernah mendapat perlakuan seperti itu lantas berteriak:” lepaskan aku, siapa ini?” Rasulullah melepaskan dekapannya. Zahir menoleh. Ternyata di belakangnya ada Rasulullah (saw). Dia amat senang dan gembira. Rasulullah (saw) kemudian memegang tangannya dan mengajak bersenda gurau. Wajah beliau tampak ceria dan senang.
Ibnul Munkadir meriwayatkan bahwa Jibril berkata kepada Rasulullah (saw) bahwa Allah telah memerintahkan langit, bumi dan gunung agar mematuhi dan siap menunggu perintahmu. Maka Rasulullah (saw) menjawab: Aku mengharap agar azab itu ditunda jangan sampai menimpa umatku dan semoga Allah memberi taubat kepada mereka.”
Aisyah (ra) berkata:” Tidak ada dua pilihan ditawarkan kepada Nabi, melainkan dipilihnya mana yang lebih ringan.” Ibnu Mas’ud berkata bahwa Rasulullah (saw) tidak terus-menerus memberikan nasihat dan penerangan kepada kami, karena khawatir kalau kami menjadi jemu.
Ketika Aisyah (ra) akan mengendarai unta yang agak nakal, binatang itu didorongnya keras-keras, maka Rasulullah menegurnya dan berkata:” Gunakan sikap yang lemah lembut hai Aisyah.”
Rahmat dan kasih sayang beliau yang menyeluruh itu, sampai juga kepada orang-orang kafir dan orang-orang yang memusuhinya dengan dihapusnya azab dan musibah total yang biasanya mengikis habis mereka yang yang ingkar dari muka bumi ini, sebagaimana umat-umat yang banyak dosanya pada zaman dahulu kala, dan dialami oleh beberapa kaum di masa lampau.
Tatkala datang para Rasul di tengah-tengah mereka lalu didustakan dan durhaka, hingga azab Tuhan datang menimpa dengan ngerinya, menghancurkan mereka secara keseluruhan seperti yang dikisahkan oleh Allah kepada kita dalam Al-Qur’an, berita-berita tentang kaum Nuh, Aad, Tsamud dan kaum Luth, dan betapa murka Tuhan yang mengikis habis akibat kedurhakaan mereka.[*]



