Warga China “Panic Buying” Takut Lockdown
China, BI – Fenomena panic buying muncul di distrik Chaoyang, Beijing, China, menyusul lonjakan signifikan kasus Covid-19 harian di Negeri Tirai Bambu dalam beberapa waktu terakhir.
Fenomena panic buying itu muncul imbas dari kekhawatiran warga soal kemungkinan penerapan lockdown jika kasus Covid-19 naik terus.
Pada Minggu (24/4), terlihat antrean panjang terjadi di beberapa supermarket Beijing, di mana para warga berburu barang-barang dan kebutuhan pokok dalam jumlah banyak.
Sebagaimana diberitakan AFP, beberapa orang tampak membawa kereta dorong yang dipenuhi makanan. Tak hanya itu, banyak bahan-bahan pokok habis di aplikasi belanja online kala di cek AFP pada Minggu (24/4), khususnya untuk pengiriman ke Chaoyang.
“Masyarakat cemas. Semua orang mengambil barang-barang dan kami khawatir barang-barang bakal habis,” kata salah satu warga Chaoyang, Wang. Ia juga mengatakan keluarganya telah menyimpan makanan untuk sepekan.
Warga Beijing lain, Zhao, terlihat menumpuk telur dan sayuran di salah satu toko pada Senin (25/4). Ia juga mengatakan, alasannya berbelanja banyak ialah agar balitanya memiliki cukup makanan, meski keluarganya diperintahkan untuk diam di rumah.
“Orang tua bisa tahan selama beberapa hari, tetapi anak tidak,” kata Zhao.
Seorang mahasiswa bernama Zhang di distrik Haidian, Beijing, juga memesan puluhan paket camilan dan 4,5 kilogram apel, berupaya mempersiapkan diri menjalani kebijakan tegas China dalam mengatasi Covid-19.
“Saya bersiap untuk yang terburuk,” tuturnya, dikutip dari Reuters.
Selain panic buying, beberapa pusat kebugaran di kota itu juga membatalkan kelas mereka atau menutup tokonya.
Tak hanya itu, Beijing menerapkan kontrol ketat terkait pengunjung yang ingin masuk ke kota itu. Pengunjung diharuskan memiliki hasil tes negatif Covid-19 dalam jangka waktu 48 jam.
Distrik Chaoyang sendiri merupakan penyumbang kasus Covid-19 terbesar di Kota Beijing.
Sejak Jumat (22/4), Beijing telah melaporkan 47 kasus Covid-19 lokal, di mana lebih dari setengahnya berasal dari Chaoyang.
Akibat banyaknya kasus tersebut, pemerintah tengah melangsungkan tes massal di Chaoyang, Senin (25/4). Tes tersebut dilakukan mengingat kemungkinan virus corona telah ‘diam-diam’ menyebar sepekan sebelum terdeteksi, dikutip dari Reuters.
“Penyebaran [virus] saat ini menyebar secara diam-diam dari sumber yang tak diketahui dan terus meningkat pesat,” demikian pernyataan dari pemerintah Beijing, Minggu (24/4).
Sementara itu, terlihat beberapa warga menyuarakan kekhawatiran mereka atas kemungkinan lockdown ini.
“Jika satu kasus ditemukan, area ini bisa terdampak,” ujar salah satu pekerja kantoran, Yao Leiming, yang tengah menuju tempat tes massal di Chaoyang bersama sekelompok koleganya.
Meski angka itu terbilang kecil, pemerintah Chaoyang mendesak masyarakat untuk mengurangi aktivitas publik dan menghentikan les privat tatap muka.
Walaupun demikian, kebanyakan sekolah, toko, dan kantor di kota itu masih dibuka.(pwn/rds)