PMI Harus Bisa “Speak Up” Untuk Nasibnya
Hong Kong, BI – Banyak organisasi Pekerja MIgran Indonesia [PMI] di Hong Kong yang bisa kita jadikan pilihan juga acuan untuk berkembang secara positif selama berada di tanah rantau.
Jepi, pengurus pusat PILAR dan pengurus KOBBE [Komunitas BMI Bebas Berkreasi], juga anggota IMWU mengajak semua PMI dimana pun berada untuk berani berbicara tentang ketidak adilan yang seringkali menimpa mereka, baik secara langsung atau tidak langsung.
Pilar sebagai komunitan dari beberapa organisasi PMI di Hong Kong memiliki tujuan utama meng-kapanyekan “penolakan terhadap tingginya biaya penempatan yang sampai hari ini masih menjadi momok buruh migran, jadi melalui “speak up” Pilar ingin mengangkat kampanye utaman diatas.
PILAR menolak overcharging dengan menggalang ide dan masukan dari anggota sehingga PILAR bisa memberikan ruang untuk berpendapat dan berekpresi bagi anggota, serta meregenerasi tenaga – tenaga maju dan aktif untuk memajukan organisasinya serta perekrutan anggota organisasi yang baru.
Selain PILAR juga melatih anggotanya untuk berani speak up terhadap persoalan yang sedang dialaminya melalui pidato, mereka juga membawakan isu – isu terbaru yang berkaitan dengan buruh migran.
Selain pendidikan berani bersuara PILAR juga menyuarakan tuntutannya melakukan aksi , forum, dialog, sosialisai, diskusi dan siapkan posko pengaduan untuk mereka yang ingin mencari solusi.
Dalam segala situasi PILAR harus siap sedia untuk menyesuaikan diri dengan kondisi dan situasi terbaru.
Kenapa PMI Harus Speak Up
Jepi menjelaskan tentang kenapa kita harus speak up, ” saat ini kita masih hidup di tengah pandemi meski aturan sudah di longgarkan namun pemerintah HK semakin mendiskriminasikan buruh migran, selain itu juga perwakilan pemerintah yang ada di Hong Kong selalu melemparkan tanggung jawab perlindungan terhadap buruh migran dan melempar tanggung jawab ke agen, sedangkan kondisi diindonesia semakin berat baik ekonomi maupun politik, pemerintah Indonesia tidak pernah berhenti mencari cara untuk memeras buruh migran.”
“KJRI menganggap agen adalah mitra kerjanya yang harus di berdayakan dan itu pernah di nyatakan oleh fpihak KJRI dalam dialog terbuka, pada hal kita tahu bahwa agen justru tidak akan membela buruh migran.” tambah Jepi PMI yang sudah 13 tahun bekerja di Hong Kong.
PILAR merupakan aliansi yang beranggotaan beberapa organisasi, KOBBE adalah salah satu anggota PILAR.
“Bersama Pilar mari berorganisasi karena dengan berorganisasi kita buruh migran akan paham tentang hak kita sebagai migran , perempuan dan sebagai manusia, kita akan bisa melawan ketika hak kita di rampas. Mari perkuat persatuan sesama migran dengan saling peduli dan tolong menolong karena perjuangan tidak bisa dilakukan sendiri.’ ajak Jepi pada seluruh PMI yang di Hong Kong. [bi]