Imam Al-Hârits Al-Muhâsibi mengatakan:
“Ketauhiilah wahai saudaraku, bahwa dosa-dosa itu mengakibatkan kelalaian, dan kelalaian itu mengakibatkan keras (hati), dan keras hati itu mengakibatkan jauhnya (diri) dari Allah, dan jauh dari Allah itu mengakibatkan siksaan di neraka. Hanya saja yang memikirkan ini adalah orang-orang yang hidup, adapun orang-orang yang telah mati hatinya, sungguh mereka telah mematikan diri mereka dengan mencintai dunia.”
Tindak maksiat merupakan suatu tindakan yang bertentangan dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah, karena perbuatan tersebut diharamkan dan sangat dibenci oleh Allah SWT. Di samping itu juga, tindak maksiat pada akhirnya akan merugikan diri sendiri dan masyarakat.
Meskipun hal itu bertentangan dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah dan sangat dibenci Allah, ternyata tindak maksiat itu masih saja banyak terjadi di masyarakat kita. Pergaulan bebas banyak terjadi dimana-mana, bahkan di depan mata kita, seolah-olah perbuatan itu dianggap sebagai suatu perbuatan biasa dan sah sehingga seseorang tidak perlu merasa malu dan canggung untuk melakukannya.
Tindak kejahatan juga masih banyak terjadi, baik yang dilakukan secara terselubung, seperti melakukan kolusi, korupsi, manipulasi maupun yang dilakukan secara terbuka seperti merampok, mencopet, membunuh dan memperkosa.
Imam al-Ghazali Mengatakan:
Ketahuilah bahwa agama itu mempunyai dua dasar: Pertama, meninggalkan larangan-larangan Allah swt. Kedua, menjalankan ketaatan kepada Allah swt. Meninggalkan larangan-larangan Allah swt lebih berat daripada menjalankan keta’atan kepada-Nya, karena setiap orang, mampu melaksanakan ketaatan kepada Allah swt, sedangkan menjauhi larangan-larangan-Nya, hanya orang yang siddiqin saja yang mampu melakukannya. Nabi (SAW) memperjelas hal ini dengan sabdanya:” Surga itu diliputi dengan hal-hal yang tidak disenangi nafsu, sedangkan neraka selalu diselimuti oleh hal-hal yang disenangi nafsu (HR. Tirmidzy)
Akibat tindak maksiat tersebut, maka banyak terjadi keresahan, kerugian, terjadi hamil di luar pernikahan, kehancuran moral dan akhlak generasi bangsa.
Hal itu masih banyak terjadi oleh karena hal-hal berikut:
Pertama:
Manusia hanya ingin mengejar kenikmatan sesaat yang fana karena hati dan jiwanya masih gelap gulita, sehingga tak dapat melihat hakikat nikmat yang abadi. Akhirnya yang dilihat dan dilakukan hanyalah nikmat sesaat yang hanya bisa dirasakan oleh nafsunya saja, yaitu berbuat melalui jalan pintas, seperti berzina, merampok, korupsi, mabuk-mabukan dan berjudi.
Memenuhi kesenangan nafsu dengan nikat-nikmat sesaat, pada akhirnya akan membawa penyesalan yang abadi karena nafsu manusia itu tidak akan pernah merasa puas dalam hidupnya, bahkan makin merana. Satu bukti, banyak orang di usia senjanya mengalami penderitaan batin yang amat hebat karena kenikmatan duniawi yang selama ini mereka reguk dengan berbagai macam cara, sudah mulai sirna, sementara sang umur sudah di ufuk barat, sebentar lagi tenggelam. Mereka telah melihat kenikmatan sejati, tetapi kesempatan untuk menempuhnya sudah tidak ada lagi. Mereka berdiri termangu memandangi segala sesuatu dengan pandangan kosong.
Kedua:
Yang menjadikan seseorang melakukan tindak maksiat ialah karena adanya peluang dan pengaruh lingkungan. Peluang (kesempatan) merupakan suatu hal yang dapat menyebabkan seseorang terjerusmus melakukan tindakan maksiat, seperti peluang berdekatan dengan wanita lain yang bukan mahram di tempat sunyi, peluang menduduki jabatan yang longgar kontrol, serta peluang-peluang untuk melakukan kejahatan yang lain. Ini karena di saat-saat luang itulah godaan dan rayuan setan sangat kuat di dalam diri kita, baik godaan setan yang berwujud manusia, seperti ajakan dan tekanan, maupun godaan setan yang bersembunyi di dalam jiwa, yaitu bisikan dan bujukan nafsu. Cukup banyak bukti di masyarakat bahwa seseorang melakukan maksiat tanpa direncanakan sebelumnya, tetapi justru karena adanya peluang yang memungkinkan berbuat begitu.
Demikian pula dengan lingkungan, seseorang dapat dengan mudah terjerumus ke dalam perbuatan maksiat, dikarenakan pengaruh lingkungannya yang sangat kuat sekali. Begitu pula banyak terjadi kejahatan yang dilakukan seseorang dan setelah diteliti ternyata perbuatannya itu karena pengaruh lingkungannya yang buruk. Karena itu, marilah kita berusaha mengisi waktu luang kita dengan perpegang pada rambu-rambu agama Allah, mengisi waktu dengan ibadah serta dengan kegiatan-kegaitan yang bermanfaat. Rasulullah mengingatkan kita dengan sabdanya:” Ada dua kenikmatan yang kebanyakan manusia tertipu olehnya, yakni nikmat sehat dan waktu luang.” (HR. Bukhari)
Ketiga:
Yang mengakibatkan seseorang berbuat maksiat ialah karena hukuman atau sanksi yang diberikan bagi pelanggarnya terlalu ringan. Ini menyebabkan pelaku kemaksiatan itu menganggap remeh hukuman yang berlaku tersebut karena ringan maupun aparatnya karena pandang bulu. Sehingga dengan itu, ia nekat berbuat maksiat. Atau bagi yang pernah menjalani hukuman, ia akan nekat mengulangi lagi perbuatannya. Ibarat orang makan sambal, setelah hilang rasa pedasnya maka ia akan memakannya kembali.
Keempat:
Yang menjadikan seseorang berbuat kemaksiatan ialah karena ia tidak menyadari akibat buruk dari perbuatannya. Setiap perbuatan yang menyimpang dari Al-Qur’an akan berakibat buruk bagi pelakunya. Perbuatan itu sangat dibenci Allah, bertentangan dengan kehendak hati manusia itu sendiri dan dengan kehendak hati masyarakat. Timbulnya penyakit sifilis, gonore, AIDS merupakan akibat perzinaan dan penyelewengan seksual.
Kegelisahan masyarakat dan keresahan hidup ialah akibat dari tindak kejahatan dan penyimpangan. Di samping itu pula, Allah pun mengancamnya dengan suatu kesengsaraan abadi di akhirat kelak. Allah berfirman: “Barang siapa bermaksiat kepada Allah dan Rasul-Nya maka sesungguhnya ia akan mendapat (adzab) neraka Jahannam. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya” (al-Jin: 23).
Jika maksiat merajalela dan adzab Allah telah turun maka tidak ada seorangpun yang akan bisa menahannya. Sebagai seorang Muslim kita berkewajiban untuk menjaga diri kita, mengajak keluarga dan masyarakat sekitar untuk meninggalkan maksiat semaksimal mungkin. Marilah kita menyadari bahwa salah satu sebab turunnya siksaan Allah swt itu akibat dari perbuatan maksiat yang kita lakukan.
Semoga Allah swt selalu memberikan kekuatan kepada kita untuk dapat melaksanakan ketaatan dan meninggalkan maksiatan dan apa-apa yang dilarang Allah swt. Amin [Ustad Muhaemin Karim]