WHO: Penggunaan Vaksin Tidak Bisa Dipaksakan
JENEWA,BI – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan membujuk orang tentang manfaat vaksin COVID-19 akan jauh lebih efektif daripada mencoba memaksakan vaksin.
WHO mengatakan itu akan tergantung pada masing-masing negara tentang bagaimana mereka ingin melakukan kampanye vaksinasi melawan pandemi virus corona.
Badan kesehatan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) ini bersikeras jika mewajibkan imunisasi terhadap penyakit adalah jalan yang salah. Ini didasarkan pada pengalaman di masa lalu yang mewajibkan penggunaan vaksin hanya menjadi bumerang dengan perlawanan yang lebih besar.
“Saya tidak berpikir jika mandat adalah arah yang harus ditempuh di sini, terutama untuk vaksin ini,” terang Direktur departemen imunisasi WHO, Kate O’Brien, saat konferensi pers virtual, dikutip Channel News Asia.
“Ini adalah posisi yang jauh lebih baik untuk benar-benar mendorong dan memfasilitasi vaksinasi tanpa persyaratan semacam itu,” jelasnya.
“Saya tidak berpikir kami membayangkan negara mana pun yang menciptakan mandat untuk vaksinasi,” ujarnya.
O’Brien mengatakan mungkin ada profesi rumah sakit tertentu yang bisa menyatakan vaksinasi mungkin diperlukan atau sangat direkomendasikan untuk keselamatan staf dan pasien.
Tetapi para ahli WHO mengakui ada perjuangan tersendiri untuk meyakinkan masyarakat umum agar menggunakan vaksin saat tersedia.
“Kisah vaksin adalah kabar baik. Ini adalah kemenangan usaha manusia, berpotensi, atas musuh mikroba,” kata Direktur darurat organisasi itu Michael Ryan.
“Kami perlu meyakinkan orang,” ujarnya.
“Kami jauh lebih baik menyajikan dengan data dan manfaat dan membiarkan orang mengambil keputusan sendiri,” terangnya.
“Ada keadaan tertentu, dimana saya percaya bahwa satu-satunya hal yang bertanggung jawab adalah divaksinasi,” tambahnya.
Menurut tinjauan WHO tentang kandidat vaksin yang berbeda, 51 vaksin telah memasuki uji coba pada manusia, 13 vaksin di antaranya telah mencapai pengujian massal tahap akhir.
163 kandidat vaksin lagi sedang dikembangkan di laboratorium dengan tujuan untuk pengujian pada manusia.
Adapun peluncuran vaksin Pfizer pertama di dunia akan dimulai di Inggris pada hari ini waktu setempat.
Sementara itu, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mendesak pihak terkait untuk memprioritaskan pihak yang paling membutuhkan vaksin itu.
“Ini bukan keputusan yang mudah,” katanya sambil menetapkan pedoman WHO.
Tedros mengatakan petugas kesehatan yang berisiko tinggi terinfeksi adalah prioritas utama. Lalu orang dengan risiko tertinggi penyakit serius atau kematian karena usia mereka.
Kemudian disusul orang-orang dengan risiko penyakit parah yang lebih tinggi karena kondisi yang mendasari, dan kelompok yang terpinggirkan dengan risiko lebih tinggi.(amr)