Perkenalkan, Robot Tukang Semprot dari Jalan Tembok Gede Surabaya
Surabaya, BI – Nama varian Delta tak selalu menjadi horor. Di Surabaya, nama varian itu akhirnya dipakai untuk robot rakitan swadaya masyarakat setempat. Tugas robot itu dua: menyemprotkan disinfektan sebagai salah satu upaya mencegah penyebaran Covid-19 di lingkungan dan menghibur warganya.
“Warga membuatnya secara swadaya dan otodidak,” ujar Ketua RT 3/RW 2 Kelurahan Bubutan, Aseyan, pada Sabtu 31 Juli 2021.
Warga Jalan Tembok Gede III, begitu lingkungan itu lebih dikenal, merakit Robot Delta dalam satu minggu. Aseyan mengatakan, nama robot diambil dari varian virus Covid-19 yang belakangan semakin meresahkan masyarakat, tak terkecuali warga Jalan Tembok Gede III, Surabaya.
“Kami rakit dalam kurun waktu sepekan. Kini kami fungsikan untuk menyemprot disinfektan di lingkungan permukiman warga demi pencegahan penularan Covid-19,” ucap Aseyan.
Jalan Tembok Gede III telah dikenal sebagai Kampung Pintar karena sebelumnya juga pernah menciptakan sebanyak dua unit robot. Hanya, dua unit robot terdahulu belum bisa bergerak atau berjalan jarak jauh. Robot-robot generasi sebelumnya di kampung itu hanya mengeluarkan suara untuk berbagai imbauan.
Robot Delta dapat dioperasikan dari jarak jauh menggunakan remote control sehingga dapat bergerak atau berjalan dalam radius 100 meter. Fungsinya bahkan diklaim bisa ditambahkan sebagai pelayan, dapat menghidangkan berbagai suguhan kepada tamu-tamu yang berkunjung ke kampung itu, dalam rangka penerapan protokol kesehatan.
“Robot Delta adalah inovasi terkini dari warga kampung Tembok Gede Surabaya. Ke depan, semoga dapat juga menarik kunjungan wisatawan,” kata Aseyan.
Dibuat secara swadaya oleh warga kampung setempat, Aseyan menyebut satu unit robot menghabiskan biaya belasan juta rupiah. Itupun, sama dengan pembuatan dua unit robot sebelumnya, bahan-bahannya menggunakan barang-barang bekas pakai.
Perakitan komponen elektronika atau motorik pada Robot Delta ini dipimpin langsung oleh Aseyan yang mengaku belajar secara otodidak. “Ya, setidaknya tiap malam bisa dioperasikan di kampung sebagai hiburan bagi warga di sini,” katanya.[tempo]