BI- Melansir berita JawaPos.com – Kawasan perkampungan di sekitar pabrik rokok milik PT HM Sampoerna Tbk di kawasan Rungkut, Surabaya, kini dipantau ketat oleh Pemkot Surabaya dan Pemprov Jatim. Ratusan karyawan pabrik tersebut diduga telah terinfeksi virus korona. Dua di antaranya bahkan telah meninggal dunia.
Tadi malam, kampung-kampung di sekitar pabrik itu disemprot disinfektan. Tiga mobil pemadam kebakaran dikerahkan. Salah satunya, mobil yang memiliki tangga setinggi 42 meter. Perkampungan itu berbatasan dengan pabrik milik PT HM Sampoerna Tbk. Hanya dipisahkan tembok. Banyak karyawan yang tinggal dan indekos di kawasan itu. Ada tiga kecamatan yang menjadi tempat tinggal para karyawan pabrik tersebut. Yakni, Kecamatan Rungkut, Tenggilis Mejoyo, dan Gunung Anyar.
Sebagaimana diberitakan, dua karyawan pabrik rokok PT HM Sampoerna Tbk yang meninggal dinyatakan positif korona. Tim Gugus Tugas dari Jatim akhirnya melakukan penelusuran terhadap lebih dari 500 karyawan. Hasil awal, sembilan orang dinyatakan sebagai pasien dalam pengawasan (PDP). Lalu, 165 orang menjalani rapid test. Hasilnya, lebih dari 100 orang dinyatakan reaktif atau positif. Semua yang masuk kategori PDP dan hasil rapid testnya reaktif kini menjalani tes swab. Tim masih menunggu hasil laboratorium.
Ketua Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19
Rumpun Tracing dr Kohar Santoso mengatakan, penelu- suran masih berlangsung hingga kemarin. Karyawan yang hasil rapid test-nya reaktif menjalani tes swab. Dokter Kohar menegaskan, penanganan klaster di pabrik rokok itu dilaksanakan secara cepat. ’’Kami juga menelusuri riwayat orang pertama yang positif Covid-19,’’ katanya.
Pabrik tersebut menghentikan produksinya sejak 27 April. Direktur PT HM Sampoerna Tbk Elvira Lianita dalam keterangan pers mengatakan, penghentian itu berkaitan dengan pandemi Covid-19 yang berdampak pada karyawan. ’’Data dan informasi terkait karyawan kami ada pada Gugus Tugas Percepatan Pe- nanganan Covid-19 Surabaya dan Jawa Timur,” jelasnya.
Dia melanjutkan, pihaknya sudah melakukan beberapa hal untuk pencegahan persebaran korona. Antara lain, menyemprotkan disinfektan ke seluruh area pabrik, melacak karyawan yang terindikasi positif, hingga mengetes karyawan yang jumlahnya lebih dari 500 orang.
Dia memastikan bahwa karyawan yang saat ini dicutikan tetap mendapat hak-haknya. Gaji dibayarkan seperti biasa.
’’Ini berlaku bukan hanya untuk karyawan yang terdampak. Melainkan juga yang perlu karantina mandiri dan karyawan yang perlu merawat anggota keluarga yang terdampak,” paparnya.
Lurah Kedung Baruk, Rungkut, Fadjar Basuki mengatakan, sejak ada kejadian karyawan pabrik rokok yang positif korona, pengawasan di wilayahnya diperketat. ’’Warga memperketat pintu keluar masuk wilayahnya masing- masing,” tuturnya. Warga turut memantau para karyawan pabrik tersebut. Memastikan mereka melakukan karantina mandiri.
Hal yang sama dilakukan di Kelurahan Gunung Anyar, Rungkut. Ketua Satgas Pencegahan Covid-19 Kelurahan Gunung Anyar Kamdi mengatakan, pihaknya memantau para karyawan pabrik rokok itu agar melakukan karantina mandiri. Dia juga melarang mereka mudik.
Pada bagian lain, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengungkapkan bahwa temuan kasus positif Covid-19 itu bukan klaster baru. Tapi, dari hasil penelusuran kontak erat, ternyata ada orang di perusahaan tersebut yang sudah masuk kategori PDP. Nah, orang itu luput dari pengawasan petugas puskesmas. ”Sebetulnya dia sudah PDP, tidak boleh keluar rumah. Tapi, dia tetap masuk kerja. Akhirnya nulari yang lain,” ungkap Risma kemarin.
Lantaran ada persoalan dalam pengawasan itu, Pemkot Surabaya pun menggandeng TNI dan Polri untuk memantau orang-orang yang seharusnya isolasi mandiri tersebut. Semua identitas karyawan sudah diberikan kepada aparat. ”Bahkan, nomor teleponnya pun ditracing. Kami kasihkan nomornya ke TNI dan polisi,” imbuh dia.
Sementara itu, jumlah orang yang diduga berdekatan dengan kasus positif di Sampoerna tersebut sekitar seratus. Mereka sudah diminta untuk isolasi mandiri di sebuah hotel. Mereka telah menjalani rapid test. Tapi, orang-orang tersebut belum menjalani tes swab. ”Makanya, kami masukkan ke hotel. Semua biaya ditanggung Sampoerna,” tegas Risma.