Meningkatkan Kualitas Amal Shalih Di Awal Tahun Baru
Usia terus berkurang dengan bergantinya tahun, solusinya tetap istiqomah dalam beribadah
Hong Kong, BI [22/01] – Setiap hari, umur kita semakin hari semakin bertambah. Hari berganti hari, minggu berganti minggu, bulan berganti bulan, tahun pun berganti tahun.
Sebenarnya, bertambah dan bergantinya tahun bukanlah sesuatu yang layak untuk dirayakan atau diperingati. Sebab, itu bukan merupakan sebuah capaian atas suatu prestasi tertentu, atau selamat dari bahaya tertentu yang layak untuk diadakan syukuran. Tetapi, membuat kita harus semakin waspada dan mawas diri.
Bergantinya tahun berarti jatah masa hidup kita di dunia ini sebenarnya semakin berkurang. Sebab Allah (SWT) telah menetapkan bahwa semua makhluk hidup itu ada ajalnya, batas waktu dan kematiannya akan menjemputnya saat waktunya tiba. Batas usia itu sudah merupakan hukum yang menjadi ketetapan Allah di dunia ini yang tidak bisa ditolak oleh siapa pun juga. Hukum ini berlaku untuk semua makhluk-Nya, termasuk para Nabi (AS) sebagai makhluk yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala. Allah (SWT) berfirman:”Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu; maka apabila telah datang waktunya, mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak dapat (pula) memajukannya.” [Al-A’raf: 34]
Allah (SWT) telah memberikan penjelasan kepada kaum Muslimin tentang cara pandang seorang mukmin terhadap kehidupan di dunia ini, yaitu agar senantiasa mengarahkan perhatiannya ke akhirat. Jangan sampai lalai sama sekali terhadap hal ini. Sebab kelalaian dalam persoalan akhirat saat kita masih hidup di dunia ini, berarti akan mengundang bencana dan petaka, baik itu petaka di dunia maupun di akhirat.
Allah (SWT) berfirman:
” Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Maha-Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan. Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, sehingga Allah menjadikan mereka lupa akan diri sendiri. Mereka itulah orang-orang fasik. [Al-Hasyr: 18-19]. Allah (SWT) juga berfirman:”Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia…” [Al-Qashash: 77]
Dalam kedua surat tersebut nampak sekali bahwa Allah (SWT) meminta kita betul-betul memperhatikan masalah akhirat dulu, memprioritaskannya tanpa mengabaikan tanggung jawab keduniaan. Artinya kaum Muslimin diminta untuk memanfaatkan kehidupan di dunia ini benar-benar sebagai moment tak tergantikan untuk membangun kesejahteraan dan kebahagiaan hidup di akhirat.
Rasulullah (SAW) menegaskan bahwa kehidupan yang hakiki adalah kehidupan akhirat.
Dari Sahl bin Sa’d (RA), dia berkata,”Kami pernah bersama Rasulullah (SAW) pada perang Khandaq, sementara para sahabat tengah menggali parit, sedangkan kami yang mengangkut tanah di atas pundak kami. Rasulullah (SAW) bersabda:”Ya Allah, tidak ada kehidupan kecuali kehidupan akhirat. Ampunilah kaum Muhajirin dan Anshar.” [Bukhari]
Oleh karenanya, Allah (SWT) memberikan hukuman yang keras kepada setiap hamba-Nya yang berpaling dari akhirat dan menghabiskan waktunya hanya untuk mengejar dan mencari keduniaan semata. Bahkan, hingga melalaikannya dari menjalankan berbagai kewajiban yang telah ditetapkan dalam Islam, seperti sholat, puasa, zakat, haji, dan sebagainya.
Allah (SWT) berfirman:
”Barangsiapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, pasti Kami berikan (balasan) penuh atas pekerjaan mereka di dunia (dengan sempurna) dan mereka di dunia tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh (sesuatu) di akhirat kecuali neraka, dan sia-sialah di sana apa yang telah mereka usahakan (di dunia) dan terhapuslah apa yang telah mereka kerjakan.” [Hud: 15-16]
Dengan demikian, semestinya, waktu yang terbatas dan terus berkurang ini, harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk kebahagiaan di dunia dan akhirat sekaligus. Harus ada upaya sangat serius dalam memanfaatkan waktu dengan baik agar selamat dari segala kesusahan dan kesengsaraan kelak di akhirat.
Kesadaran akan pentingnya memanfaatkan waktu inilah yang menyebabkan salah seorang sahabat Nabi Muhammad (SAW), bernama Abdullah bin Mas’ud (RA), salah satu ulama besar di kalangan sahabat Nabi (SAW), bersedih bila merasa hari yang telah dia lewati tidak menambah kebaikan yang dia harapkan.
Ibnu Mas’ud (RA) berkata,”Aku tidak pernah merasa menyesal sebagaimana penyesalanku atas hari yang telah berlalu, usiaku berkurang, namun amalku pada hari itu tidak bertambah.” Wallahu a’lam. [Ustad Muhaemin]