Daerah

Banyak Alat Modern, Anak Muda Jangan Gengsi Bertani

GONDANGWETAN, BI – Zainul Alim mengenalkan berbagai alat dan mesin pertanian (alsintan) modern berbasis teknologi modern. Petani muda asal Desa Wonosari, Kecamatan Gondangwetan, itu menawarkan terobosan dalam modernisasi pertanian.

Berbagai alsintan diciptakan untuk menunjang pekerjaan petani. Seperti rice transplanter untuk menanam bibit padi dengan jumlah, kedalaman, jarak dan kondisi penanaman yang diseragamkan.

Ada juga traktor tanpa pengemudi. Modifikasi traktor manual dengan pengendalian menggunakan remote control. Sehingga, traktor bisa dikendalikan dari jarak 1 kilometer. Karena sangat mudah, anak kecil pun mencoba mengendalikan traktor saat diuji coba di persawahan Desa Kalirejo, Gondangwetan, Senin (7/6).

Zainul Alim membeberkan sejumlah kendala yang kerap dihadapi petani selama ini. Seperti keterbatasan SDM, bibit, dan pupuk. Dia terdorong untuk menciptakan alsintan modern. ”Dulu saya nggak melirik pertanian sebenarnya. Begitu tahu kondisi petani, orang tua saya sendiri. Mau tanam sulit, mau panen pun sulit. Akhirnya saya tergerak untuk teknologi pertanian,” kata Alim.

Kepala Desa Kalirejo Abdul Kodir mengatakan, alsintan modern itu akan meringankan beban petani. Mereka akan mudah dalam menggarap sawah. Selama ini, cukup banyak kendala pertanian. Terutama sumber daya manusia (SDM). Sebagian besar petani di desanya sudah tua.

”Sedangkan anak-anak muda mungkin gengsi ke sawah. Nah, dengan alsintan ini saya yakin anak muda tertarik. Mereka tidak perlu langsung berpanas-panasan dan belepotan,” kata Kodir.

Ketua Kelompok Tani Mulyo III H Hamid membeberkan, penerapan alsintan modern itu memang sangat memudahkan pekerjaan petani. Misalnya ketika memasuki masa tanam, biasanya memerlukan tenaga buruh tani.

Untuk menanam bibit padi di lahan sawah seluas 3.000 meter persegi, setidaknya harus dikerjakan enam orang. Ongkosnya bisa sampai Rp 300 ribu. Kalau membajak sawah, biasanya biaya sewa traktor Rp 350 ribu.

”Kalau pakai alat ini hanya satu orang sebagai operator dan nggak capek kan,” ujarnya.

Namun, lanjut Hamid, masih ada kelemahan dalam traktor remote control. Hasil bajakannya kurang maksimal. Masih memerlukan tenaga manusia sebelum dibajak. Untuk mencangkuli lahan setelah masa panen.

”Karena setelah panen kan ada gulma, jadi waktu dibajak masih nyangkut di singkalnya. Akhirnya proses pembajakannya dangkal. Makanya perlu dicangkul dulu,” bebernya. (tom/far/radar bromo)

Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments

Artikel Terkait

Back to top button
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x

AdBlock Terdeteksi!

Silahkan matikan / whitelist website ini jika anda menggunakan AdBlock Extension. Iklan dari website ini sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan bisnis kami. Terima Kasih. - Please turn off / whitelist this website if you're using AdBlock Extension. Advertising from this website is vital for the sustainability of our business. Thank You.