Taiwan Diblokir China, Mantan PM Australia Maju
Taiwan, BI – Mantan Perdana Menteri [PM] Australia Tony Abbott pada Kamis mengatakan bahwa dia berada di Taiwan untuk membantu mengakhiri isolasi internasional terhadap Taiwan.
Abbott menawarkan dukungannya kepada Taiwan, bahkan dalam menghadapi apa yang dia sebut sebagai “tantangan” dari China.
Abbott meyampaikan komentar itu kepada pemimpin Taiwan Tsai Ing-wen di kantornya di Taipei. Dia berkunjung ke Taiwan tidak dalam kapasitas resmi apa pun.
Namun, kunjungan Abbott ke Taiwan itu dilakukan saat negara-negara demokrasi Barat berusaha mendukung pulau itu dalam menghadapi tekanan yang meningkat dari China, yang mengklaim Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya.
Abbott memuji keberhasilan Taiwan dalam mengendalikan pandemi COVID-19 meskipun tidak dilibatkan dalam badan-badan global, seperti Organisasi Kesehatan Dunia. Keanggotaan Taiwan diblokir oleh China karena memandang pulau itu sebagai salah satu provinsinya, dan bukan suatu negara.
“Ini adalah upaya besar untuk membantu mengakhiri isolasi yang telah diderita Taiwan selama beberapa dekade sehingga saya di sini di negara ini dan saya berharap (kunjungan) ini akan menjadi yang pertama dari banyak kunjungan lainnya,” kata Abbott.
Taiwan menunjukkan kepada pihak-pihak lain di kawasan itu bahwa suatu hal yang mungkin untuk menjadi kaya dan bebas, dan negara-negara demokrasi harus berdiri bersama, lanjut Abbott.
“Tentu saja tidak semua orang dan tidak semua pihak senang dengan kemajuan Taiwan, dan saya mencatat bahwa Taiwan hampir setiap hari ditantang oleh tetangga besarnya (China),” ujarnya.
Kunjungan Abbott dilakukan setelah China melakukan gangguan besar-besaran angkatan udara selama empat hari ke zona pertahanan udara Taiwan mulai Jumat pekan lalu (1/10).
Australia, seperti kebanyakan negara, tidak memiliki hubungan diplomatik resmi dengan Taiwan. Namun, Australia telah bergabung dengan sekutunya Amerika Serikat dalam mengungkapkan keprihatinan atas tekanan China (terhadap Taiwan), terutama secara militer.
Taiwan menyebut dirinya sebagai suatu negara merdeka dan akan membela diri jika China menyerang.(Ant/Antara)